Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Rabu, 09 Januari 2013

ASUHAN KEBIDANAN By “J” DENGAN PREMATUR

        BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian bayi berat lahir rendah pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian bayi berat lahir rendah juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian bayi berat lahir rendah dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. Bayi berat lahir rendah termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi berat lahir rendah. Perkembangan bayi berat lahir rendah yang dirawat di Rumah Sakit ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. (Depkes RI, 2006).
Hingga saat ini bayi berat lahir rendah masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Secara global Setiap tahun diperkirakan lahir sekitar 20 juta Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Menurut perkiraan World Healt Organizasion (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98 %  kematian tersebut berasal dari negara berkembang secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State Of The Worlds Mother 2009 di kemukakan bahwa 27 % kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). (Proposal Bayi Berat Lahir Rendah. estyrock. 2010. akses: jam 20.00 wita, tanggal 20 juli 2011)
Sebagian besar angka kematian neonatus terjadi pada minggu pertama kehidupan dengan penyebab terbesar di Indonesia adalah berat badan lahir rendah/premature (29%), aspiksia (27%), tetanus neonatorum (10%), masalah gangguan pemberian asi (9.5%), masalah hematologi (5.6%) dan infeksi (5.4%). Kasus bayi berat lahir rendah tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus. (Angka kejadian bayi berat lahir rendah. Nurhadi.2009. akses : jam 20.30 wita, tanggal 04 Maret 2011)
Upaya pemerintah dalam menurunkan angka kejadian dan angka kematian bayi berat lahir rendah akibat komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia yang masih tinggi terus dilangsungkan melalui berbagai kegiatan termasuk pelatihan tenaga-tenaga profesional kesehatan yang berkaitan. Dalam hal ini Departemen Kesehatan Repoblik Inddonesia dan Unit Kerja Kelompok Perinatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK Perinatologi IDAI) bekerjasama dengan beberapa Dinas Kesehatan Propinsi telah menyelenggarakan pelatihan manajemen bayi berat lahir rendah bagi bidan, dokter serta dokter spesialis anak menurut tahapannya. Di Jawa Timur sendiri telah secara intensif melakukan kegiatan pelatihan terhadap para profesional kesehatan.(Departemen Kesehatan menurunkan kejadian BBLR. Garuda. 2009. akses: jam 20.00: tanggal 20 Juli 2011)
Kira-kira 75% kematian neonatus berasal dari bayi yang lahir preterm atau prematur. Menurut data dunia, kelahiran premature mencapai 75-80 % dari seluruh bayi yang meninggal pada usia kurang dari 28 hari. (angka kejadian prematur di dunia. Ibuprita. 2010. akses :jam 20.30 wita, tanggal 04 Maret 2011)
 Angka kejadian bayi premature di Indonesia masih berada di atas rata-rata dari negara lain yaitu mencapai 30%-40% padahal di negara maju hanya sebesar 10-15%. Angka kematian bayi premature di Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu mencapai 30%-40%.
Download KTI lengkap disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar