Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Rabu, 09 Januari 2013

A S U H A N K E B I D A N A N B A Y I NY. ”M” DENGAN HIPERBILIRUBIN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ikterus merupakan masalah yang sering muncul pada masa neonatus,terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan (Schartz William, 2004). Bilirubin itu sendiri merupakan hasil pemecahan sel darah merah (hemoglobin). Dalam kadar tinggi bilirubin bebas ini bersifat racun, sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah bilirubin indirect (bebas) menjadi direct yang larut dalam air. Masalahnya, organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat berfungsi optimal dalam mengeluarkan bilirubin bebas tersebut.Kadar bilirubin akan kembali normal dalam beberapa hari yaitu ketika organ hati sudah matang atau jika gangguan fungsi hati telah dihilangkan. (Dhafinshisyah, 2008)
Hiperbilirubin merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterus yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak, jika tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2007). Dampak  yang  terjadi  dalam  jangka  pendek  bayi  akan  mengalami kejang-kejang, sementara dalam jangka panjang bayi bisa mengalami cacat neurologis contohnya ketulian, gangguan bicara dan retardasi mental. Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum si bayi dan harus terus dimonitor secara ketat (Tarigan, 2008). Ada beberapa karakteristik bayi yang terkena hiperbilirubin yaitu dilihat dari usia kehamilan,berat badan bayi,jenis persalinan,dan jenis kelamin (Prawirohardjo, 2005)
Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah bayi baru lahir yang sering dihadapi tenaga kesehatan,terjadi pada sekitar 25-50% bayi cukup bulan dan 80% pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa ikterus pada bayi harus dilakukan pada waktu melakukan kunjungan neonatal atau pada saat memeriksa di klinik.
 (Departemen Kesehatan, 2006)
Proyeksi pada tahun 2025 AKB dapat turun menjadi 18 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai kernikterus). Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.(Linda, 2010)
Penelitian di dunia kedokteran menyebutkan bahwa 70% bayi mengalami kuning/ikterus.Di Amerika Serikat,dari 4 juta bayi yang lahir setiap tahunnya,sekitar 65% mengalami ikterus. Sensus yang dilakukan pemerintah Malaysia pada tahun 1998 menemukan sekkitar 75% bayi baru lahir mengalami ikterus pada minggu pertama.
 (Sastroasmoro, 2004)
Angka kematian bayi di Negara-negara ASEAN seperti Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup,Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup dan Philipina 26 per 1000 kelahiran hidup,sedangkan angka kematian bayi di Indonesia mempunyai angka kematian tertinggi 330 per 100.000 dan angka kematian perinatal 420 per 100.000 persalinan hidup dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa. (Manuaba, 2008)
Angka kejadian ikterus bayi di Indonesia sekitar 50% bayi cukup bulan yang mengalami perubahan warna kulit,mukosa dan wajah mengalami kekuningan (ikterus),dan pada bayi kurang bulan (premature) kejadiannya lebih sering yaitu 75%.
Di Indonesia didapatkan data dari beberapa rumah sakit pendidikan. Insidens RSCM tahun 2003 menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%. RS. Dr. Sarditjo melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin diatas 5 mg/dl dan 23,8% memiliki kadar bilirubin diatas 13 mg/dl. Data yang diperoleh dari RS.Dr.Kariadi Semarang agak berbeda dimana insidens ikterus fisiologi dan sisanya ikterus patologis. Angka kematian terkait hiperbilirubin sebesar 13,1%. Didapatkan juga data insidens ikterus neonatorum di RS.Dr.soetomo Surabaya sebesar 13% pada tahun 2000 dan 30% pada tahun 2002,dan di RSUD pringadi medan didapatkan hasil yaitu pada tahun 2006 bayi kurang bulan 10 orang pasien dan bayi cukup bulan 9 orang pasien,sedangkan pada tahun 2007 bayi kurang bulan 18 orang pasien,dan bayi cukup bulan 10 orang pasien.
(Sastroasmoro, 2004)
Untuk KTI Lengkapnya silahkan download disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar