Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Rabu, 09 Januari 2013

ASUHAN KEBIDANAN By “A” BERAT LAHIR RENDAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karna merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini  secara statistik  angka kesakitan dan kematian pada neonatus di Negara bergembang adalah tinggi, dimana penyebab utama adalah berkaitan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) .Dalam laporan dikemukakan bahwa di Asia tenggara, 20- 35 % bayi yang di lahirkan terdiri dari BBLR dan 70-80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dan BBLR angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9-30% hasil studi 7 daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2 % . secara nasional berdasarkan analisa lanjut survey dinas kesehatan Indonesia (SDKI) ,angka BBLR sekitar 7,5% Angka ini lebih besar dari target BBLR yang di tetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2008)
BBLR masi menjadi masalah di Indonesia , karna merupakan penyebab utama kematian pada masa neonatal .BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram tampa memandang masa gestasi (Wong, 2008). Salah satu penyebab BBLR adalah persalinan kurang bulan atau bayi lahir kecil untuk masa kehamilanya karna ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (Farrer, 2001). Masalah yang sering di jumpai pada bayi BBLR antara lain : RDS (Respiratory Disstress Syndrome), perdarahan intra cranial, enterokolitis nekrolitis, gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermi akibat gangguan pengaturan suhu (Asirining, dkk, 2003).
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2400 gram) yang dapat terjadi apabila akibat dari prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalina bayi kecil masa kehamilan (KMK) . pre eklamsia merupakan salah satu factor resiko terjadinya pertumbuhan janinyang lambat , BBLR dismaturitas dan prematuritas janin dan bahkan terjadi intra uterine Fetal Death (IUFD) .ibu yang menderita pre eklamsia akan mengalami disfungsi vaskuler plasenta , yang dapat menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu , sehingga kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak terpenuhi secara optimal  keadaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan janin terlambat dan kelahiran bayi dengan BBLR (Winkjosasatro, 2005).
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tampa memandang masa gestasi . berat lahir adalah berat bayi yang di timbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi BBLR diperkiraka 15 % dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di Negara-negra bergembang atau sosial-ekonomi rendah. Secra statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di Negara bergembang dan anga kematianya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir rendah lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak seerta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR di tentukan berdasarkan etimasi yang sifatnya sangat kasar , yaitu berkisar antara 7 -14%  selama priode 1999-2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun di perkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR  (Depkes RI, 2001).
Factor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian bayi lahir berat badan rendah meliputi umur, paritas,jarak kelahiran ,umur kehamilan status gizi,status ekonomi social ,dan pelyanan perwatan kehamilan (Haksari,2009). Adanya keterkaitan antara pendidikan ibu bersalin dengan berat bayi lahir ini juga di dukung oleh pendapat syaifudin (2000) bahawatingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, keratif dan berkesinambungan. Pendidikan dapat meningkat-kan kematangan intelektual seseorang kematangan itelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. Semakin tinggi pendidikan formal atau semakin baik pengetahuan tentang kesehatan, yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, termasuk pengaturan pola makan ibu hamil sehingga mempengaruhi peningkatan status gizi ibu yang pada akhirnya berhubungan dengan berat bayi yang dilahirkannya.
Download KTI lengkap disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar