Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Selasa, 11 Desember 2012

Solusio Plasenta


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta/ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.
Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat. Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdarahan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

B.     Batasan Masalah
Makalah yang kami buat ini dibatasi pada hal-hal yang mngenai solusio plasenta. Tentang definisi solusio plasenta, penyebab, gambaran klinik, diagnosis, penanganan serta komplikasi masalah solusio plasenta.

C.    Rumusan Masalah
1.      Apa definisi perdarahan ?
2.      Apa penyebab perdarahan ?
3.      Bagaimana Klasifikasi perdarahan ?
4.      Apa saja Penanganan perdarahan ?
5.      Solusio plasenta ?



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Defenisi
Perdarahan merupakan gangguan kehamilan yang pasti membuat ibu cemas. Khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada janin. Perdarahan memang belum tentu gejala keguguran, tapi perlu diperhatikan juga. Tidak sedikit wanita hamil mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal masa kehamilan (trisemester pertama), tengah semester (trisemester kedua) atau bahkan pada masa kehamilan tua (trisemester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak normal sehingga harus diwaspadai.
Perdarahan sebenarnya dapat terjadi bukan saja pada masa kehamilan tetapi dapat juga pada masa persalinan maupun pada masa nifas. Penatalaksanaan dan prognosa kasus perdarahan selama kehamilan, sangat bergantung pada umur kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan dari fetus dan sebab dari perdarahan.
Setiap perdarahan dalam kehamilan harus diaanggap sebagai keadaan akut berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan kematian ibu dan janin.

B.       Penyebab
Ada beberapa penyebab perdarahan yang mengintai wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Berikut ini adalah 9 hal yang pada umumnya dapat menyebabkan wanita hamil mengalami perdarahan :
1.      Implantasi, biasanya terjadi pada masa-masa awal kehamilan, dan sering dikira darah haid.
2.      Infeksi, infeksi jalan lahir dan serviks (leher rahim), juga dapat menyebabkan perdarahan.
3.      Polip serviks, tumor jinak pada leher rahim sering memberikan gejala bercak darah.
4.      Keguguran, meski tidak semua perdarahan di awal kehamilan berujung keguguran, namun hal ini paling sering terjadi.
5.      Kehamilan ektopik (hamil diluar kandungan), pada kasus seperti ini, kehamilan tidak dapat berlanjut, dan tempat implantasi akan robek sehingga terjadi perdarahan.
6.      Kehamilan mola/ hamil anggur, merupakan kehamilan abnormal dengan ciri utama, jaringan hasil pembuahan sel telur (konsepsi) berisi gelembung-gelembung cairan yang menyerupai anggur.
7.      Plasenta previa, yakni kondisi letak plasenta yang menutupi jalan lahir baik sebagian ataupun seluruhnya.
8.      Solusio plasenta, ini merupakan kondisi dimana plasenta terlepas sebelum waktunya (saat kelahiran).
9.      Vasa previa, ini merupakan keadaan dimana ada pembuluh darah yang melewati bagian dalam mulut rahim. Walaupun keadaan ini sangat jarang akan tetapi perlu juga diketahui sebagai sebagai salah satu penyebab perdarahan saat ibu hamil.

C.    Klasifikasi
Perdarahan pada kehamilan muda (trimester pertama)
Sekitar 20% wanita hamil mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan separohnya mengalami abortion. (4) Abortus adalah pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin <500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu.
Setiap perdarahan pada awal kehamilan dapat dianggap akan mengancam kelangsungan kehamilan.(12) Dalam hal ini perlu diketahui hari pertama haid terakhir, tanda kehamilan riwayat keluarga berencana, riwayat ginokologi jumlah perdarahan.(4) Demikian juga dalam hal ini perlu pemeriksaan penunjang seperti USG dan Test kehamilan, menyatakan apakah janin hidup atau memang suatu kehamilan. Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut:
1.         Abortus iminen: Disini perdarahan minimal dengan nyeri/tidak, uterus sesuai umur kehamilan.
2.         Abortus Insipien: Perdarahan denganan gumpalan, nyeri lebih kuat.
3.         Abortus Inkomplit: Perdarahan hebat dan sering menyebabkan syok
4.         Abortus komplit: Perdarahan dan nyeri minimal seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan.
5.         Missed Abortion: Janin telah mati dalam kandungan selama 6-8 minggu tapi belum dikeluarkan, perdarahan minimal
6.         Abortus infeksi/septik: Disertai tanda infeksi dan septik seperti demam sampai syok.
Adapun sebagai penyebab dari abortus antara lain:
1.         Kelainan mudigah, chromosom atau kelainan untuk fetus
2.         Incompetentio orificium uteri internum
3.         Penyakit sistemik pada ibu seperti diabetes melitus, lues
4.         Incompatibilitas faktor rhesus atau atau sistem ABO
5.         Kelainan uterus seperti myoma uteri
6.         Trauma fisik atau mental
7.         Usaha menggugurkan dari penderita dengan minum jamu, alkohol, obat-obatan atau memasukkan benda asing kedalam lobang kemaluan.
8.         Abortus habitualis oleh kekurangan produksi karbohidrat oleh endometrium.
Menurut terjadinya abortus dapat dikategorikan dalam abortus habitualis, abortus artifisialis, abortus provacatus therapheuticus, abortus septik dan abortus provocatus criminalis. Abortus criminalis ini yang dilakukan abortus tanpa indikasi medis dan bertentangan dengan norma hukum yang berlaku. Hal ini sering terjadi pada wanita diluar perkawinan yang dilakukan oleh petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab demi uang.
Pengeluaran hasil konsepsi diindikasikan pada abortus insipien, abortus inkomplit, missed abortion dan abortus dengan infeksi, demi keselamatan dari ibu.
Pada Trimester II kehamilan perdarahan sering disebabkan partus prematurus, solusio plasenta, mola dan inkompetensi servik.
Pada Trimester III (Perdarahan Ante Partum), adalah perdarahan setelah 29 minggu atau lebih, ini dapat terjadi oleh solusio plesenta atau plasenta previa
Perdarahan disini lebih berbahaya dibanding umur kehamilan kurang dari 28 minggu, sebab faktor plasenta, dimana perdarahan plasenta biasanya hebat sehingga mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin. Kasus ini harus ditangani oleh dokter spesialis dan ditunjang dengan pemeriksaan USG.
Plasenta Previa
Ini adalah plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim, sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Sebaiknya setiap ibu dengan keadaan ini dikirim ke Rumah Sakit,apalagi jika timbul banyak perdarahan.
Bila usia kehamilan 37 minggu, perdarahan sedikit sedangkan keadaan ibu dan anak baik, maka dapat dipertahankan sampai aterm. Bila perdarahan banyak hendaknya segera mengahiri kenamilan misalnya dengan seksio peradominal (seksio sesar).
Solusio Plasenta
Terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta, pada lokalisasi yang normal, sebelum janin lahir pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih.(11). Atau terlepasnya plasenta pada fungus/korpus uteri sebelum janin lahir.
Pasien yang mengalami resiko tinggi adalah primi tua, mutiparitas, hipertensi, eklamsi, preeklamsi dan perokok. Pada wanita perokok kemungkinan solusie 47%, pada kehamilan selanjutnya 10%.
Komplikasi pada selusio plasenta biasanya adalah berhubungan dengan banyaknya darah yang hilang, infeksi, syok neurogenik oleh karena kesakitan, gangguan pembekuan darah dan gagal ginjal akut. Pada janin akan terjadi asfiksi, prematur, infeksi dan berat badan lahir rendah.



D.      Penanganan
Adakalanya kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang gagal. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.
Hingga kini belum ditemukan pencegahan yang efektif. Namun jika ibu hamil mengalami perdarahan, segera atasi dengan:
·            Berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari bahu.
·            Beristirahat sampai perdarahan berkurang.
·            Hentikan aktivitas fisik yang cukup berat, seperti mengangkat beban.
·            Hubungi dokter bila darah keluar cukup banyak, untuk segera mendapat penanganan tepat.
E.     Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. Hematoma dapat semakin membesar kearah pinggir plasenta sehingga amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya apabila amniokhorion tidak terlepas, perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan tersembunyi).
Penyulit terhadap ibu dalam bentuk:
1.      Berkurangnya darah dalam sirkulasi darah.
2.      Terjadinya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, dan pernafasan
3.      Penderita tampak anemis
4.      Dapat menimbulkan pembekuan darah
5.      Menimbulkan perdarahan postpartum
6.      Peningkatan timbunan darah di belakang plasenta yang menyebabkan rahim keras, padat, dan kaku
7.      Menyababkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim
1.      Penyebab Solusio Plasenta
Solusio plasenta merupakan keadaan gawat kebidanan yang memerlukan perhatian karena penyulit yang ditimbulkan terhadap ibu maupun janin.
Penyebab solusio plasenta :
1)        Trauma langsung terhadap uterus hamil
·           Terjatuh terutama tertelungkup
·           Tendangan anak yang sedang digendong
2)        Tindakan kebidanan
·           Setelah versi luar
·           Setelah memecahkan ketuban
·           Persalinan anak kedua hamil kembar
3)        Tali pusat yang pendek
·           Hamil pada usia tua
·           Mempunyai tekanan darah tinggi
·           Pre-eklampsi atau eklampsia
·           Tekanan vena kava inferior yang tinggi
·           Kekurangan asam folik
2.      Gambaran Klinik Solusio Plasenta
Tergantung dari seberapa bagian plasenta yang terlepas.
1)        Solusio plasenta ringan
a.         Terlepasnya plasenta kurang dari ¼ luasnya
b.        Tidak memberikan gejala klinik dan ditemukan setelah persalinan
c.         Keadaan umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d.        Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2)        Solusio plasenta sedang
a.       Terlepasnya plasenta lebih dari ¼ tetapi belum mencapai 2/3 bagian
b.      Dapat menimbulkan gejala klinik
·      Perdarahan dengan rasa sakit
·      Perut terasa tegang
·      Gerak janin berkurang
·      Palpasi bagian janin sulit diraba
·      Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
·      Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
·      Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3)      Solusio plasenta berat
a.       Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
b.      Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
c.       Penyulit pada ibu :
·      Terjadi syok dengan tekanan darah menurun , nadi, dan pernafasan meningkat
·      Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
·      Penderita tampak anemis
·      Saat dipalpasi janin susah untuk diraba
·      Pemerikasaan dalam ketuban tegang dan menonjol
3.         Diagnosis Solusio Plasenta
Diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan dengan melakukan :
1.        Anamnesa
·           Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
·           Terjadi spontan atau karena trauma
·           Perut terasa nyeri
·           Diikuti penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim
2.        Pemeriksaan
a.         Pemeriksaan fisik umum
·           Keadaan umum penderita tidak sesuai dengan jumlah perdarahan
·           Tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan meningkat
·           Penderita tampak anemis
b.        Pemeriksaan khusus
1)        Palpasi abdomen
·           Perut tegang terus menerus
·           Terasa nyeri saat dipalpasi
·           Bagian janin sukar ditemukan
2)        Auskultasi
·           Denyut jantung janin bervariasi dan asfiksia ringan sampai berat
3)        Pemeriksaan dalam
·           Terdapat pembukaan
·           Ketuban tegang dan menonjol
3.        Pemerikasaan penunjang, dengan ultrasonografi, dijumpai perdarahn antara plasenta dan dinding abdomen
4.      Penanganan Solusio Plasenta
1.        Solusio plasenta ringan
·           Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak
·           Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara konservatif
·           Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat dengan janin yang masih baik dilakukan SC
·           Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan premature dilakukan perawatan inap
2.        Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganannya dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa penderita. Tatalaksananya adalah :
·           Pemasangan infuse dan transfusi darah
·           Memecahkan ketuban
·           Induksi persalinan atau dilakukan SC
3.        Sikap bidan dalam menghadapi solusio plasenta
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah melakukan rujukan ke rumah sakit. Dalam melakukan rujukan diberikan pertolongan darurat :
·           Pemasangan infuse
·           Tanpa melakukan pemerikasaan dalam
·           Diantar petugas yang dapat memberikan pertolongan
·           Mempersiapkan donor dari masyarakat atau keluarganya
·           Menyertakan keterangan tentang apa yang telah dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama.
5.      Komplikasi Solusio Plasenta
1.      Penyulit (komplikasi) ibu
a.         Perdarahan dapat menimbulkan
·      Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
·      Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis sampai syok
·      Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma
b.        Gangguan pembekuan darah
·      Masuknya tromboplasin ke dalam sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravascular dan disertai hemolisis
·      Terjadi penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat menganggu pembekuan darah
c.       Oliguria
·      Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makin berkurang
d.      Perdarahan postpartum
·      Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga menganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri
·      Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya perdarahan
2.      Penyulit pada janin
Perdarahan yang terimbun di belakang plasenta menganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam rahim.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter.

B.     Saran
·         Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas pada ibu dan janin.
·         Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arif Dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 1.FK UI . Jakarta
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar