Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Rabu, 12 Desember 2012

Masalah Sensoris Pada Lansia


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesadaran sesorang akan dunianya ditentukan oleh mekanisme neural yang mengolah informasi yang diterima. Langkah awal pada pengolahan ini adalah transformasi energi stimulus menjadi potensial reseptor lalu menjadi potensial aksi pad serabut saraf. Pola potensial aksi pada serabut saraf tertentu adalh kode yang memberikan informasi mengenai dunia, meskipun seringkali kode yang disampaikan berbeda dari apa yang ingin disampaikan.
Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut. Informasi yang diolah oleh sistem sensori mungkin dapat menyadarkan kita tentang adanya stimulus, namun bisa juga kita tidak menyadari adanya stimulus tertentu. Tanpa memperhatikan apakah informasi tersebut menggugah kesadaran kita atau tidak, informasi tersebut adalah informasi sensori. Bila informasi tersebut menggugah kesadaran maka dapat pula disebut sebagai sensasi. Pemahaman mengenai sensasi disebut dengan persepsi, sebagai contoh,merasakan nyeri adalah sensasi, namun kesadaran bahwa gigi saya terasa sakit adalah persepsi.
Tampak bahwa sistem sensori beroperasi seperti peralatan listrik, misalnya bisa dilihat banyak analogi antara sistem sensori pendengaran dengan telephone, bedanya hanya pada hasil akhirnya. Pada telephone hasil akhirnya adalh suara yang sama dari yang sebelumnya di ubah terlebih dahulu menjadi sinyal listrik, sedangkan pada pendengaran hasil akhirnya adalah sesuatau yang kita anggap sebagai suara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gangguan sensorik indera adalah perubahan dalam persepsi derajat serta jenis reaksi seseorang yang diakibatkan oleh meningkat menurun atau hilangnya rangsangan indera. Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut. Informasi yang diolah oleh sistem sensori mungkin dapat menyadarkan kita tentang adanya stimulus, namun bisa juga kita tidak menyadari adanya stimulus tertentu.

B. Gejala
Gejala- gejala umum :
Halusinasi dan atau waham
Menarik diri
Sikap bermusuhan yaitu dengan mencari petugas
Perasaan yang tidak adekuat, suka menangis
bingung atau disorientasi waktu, tempt dan perorangan
gangguan indera misalnya: penciuman, perabaan, penglihatan dan pendengaran
ganguan psikomotorik
timbul kebosananan gelisah

C. Penyebab
Hal- hal yang menyebabkan gangguan sensorik :
tersekap dalam ruangan yang sempit
tersekap dalam ruangan yang tidak berjendela
rangsangan dari luar secara terus- menerus, misalnya penerangan lampu, suara atau kerumunan orang.
Kurangnya rangsangan baru
Penempatan klien lansia dalam ruangan yang terisolasi.
D. Masalah Sensori Pada Lansia
1. Mata atau Penglihatan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dan telinga dapat menurunkan kemampuan beraktifitas. Para lansia yang memilih masalah mata dan telinga menyebabkan orang tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
5 masalah yang muncul pada lansia :
1) Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
2) ARMD ( Age- related macular degeneration )
ARMD terjadi pada usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatna penglihatan.
Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-kadang menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok. Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
3) Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun keatas, kerusakan akibat glaukoma sering tidak bisa diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi kerusakan pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah vital jaringan nervous optikus, adanya kelemahan srtuktur dari syaraf.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
(1) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
(2) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
(3) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup)
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan alatnya berupa tanometer ) Penangananya berupa :
Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
Bedah laser : ( trabukulopasty) ini dilakuka jika obat tetes mata tidak menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan
Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan caira keluar, tindkan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada.
4) Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan da fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat dimalam hari, penglihatan ganda.
Penanganan yang tepat adalah pembenahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
5) Entropi dan eutropi
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadikarena adanya kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtifa
2. Telinga atau Pendengaran
Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan tubuh, telinga dibagi 3 bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Bagian luar terdiri dari telinga luar sampai dengan membran tympani, telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus, stapes) antrum tympani, tuba auditiva eustachi sedang telinga dalam terdiri dari : labirintus osseous, labririntus membranous.
Gangguan pendengaran terjadi pada usia 65 tahun (55%) > 80 tahun mencapai 66% , gangguan pendengaran tidak hanya terjadi karena adanya penambahan usia seperti gangguan pendengaran karena konsumsi obat. Secara umum gangguan pendengaran ada 3 macam yaitu : gangguan pendengaran konjungtiva, ganguan pendengaran sensori dan campuran (konjungtiva dan campuran).
Ganguan pendengaran konjungtiva terjadi karena adanya gangguan telinga dibagian luar dan tengah, seseorang dapat terjadi tuli konduksi apabila terjadi gangguan pada meatus acustivus eksternus, membran tympani / ossiculas (maleus, incus, stapes) jika seseorang terjadi gangguan pada organ salah satu tersebut maka seseorang mengalami gangguan pendengaran konjungtiva, seseorang yang tuli konduksi berakibat kemampuan mendengar bunyi hantaran udara terganggu dan hanya mampu mendengar bunyi melalui hantaran tulang.
1) Tuli
Persepsi sensori terjadi apabila seseorang mengalami kelainan pada organ korti, saraf VIII (Vestibulocochelaris N) pusat pendengaran otak, keadaan pada seseorang yang tuli persepsi terjadi gangguan mendengar baik melalui hantaran udara maupun tulang.
2) Tinnitus
Selain yang disebutkan diatas, gangguan pendengaran yang lain adalah tinnitus, tinnitus merupakan gangguan pendengaran berupa ada suara di telinga (suara nging). Tinitus terjadi karena adanya gangguan pendengaran konduktif atau sensoris. Suara yang muncul seperti suara bising atau segala sesuatu yang membikin tidak nyaman. Tinnitus bisa juga terjadi karena adanya otoselorosis atau karena adanya ototxic obat yang dikonsumsi seperti gentamisin atau aspirin.
Tinnitus bukan merupakan sebuah penyakit namun sebuah gejala dari adanya gangguan pendengaran bagaimanapun juga kondisi ini memunculkan banyak masalah, tinnitus kadang tidak dirasakan dalam lingkungan yang ramai namun akan sangat teras dilingkungan yang sepi. Beberapa orang tinnitus dapat menyebabkan kecemasan besar suara musik yang pelan adanya gaduhnya lingkungan dapat membantu mengalihkan suara dengung ditelinga.
3. Pengecap dan Pembau
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap akan menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin). Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap keinginan pemenuhan nutrisi.
4. Vertigo
Vertigo adalah perasan tidak seimbang. Seseorang yang mengalami vertigo akan merasa bahwa lingkungannya teras atau terlihat berputar-putar sehingga menyebabkan seseorang jatuh. Vertigo terjadi karena adanya ganguan syaraf pendengaran (labirint) sesorang yang mengalami vertigo (lansia) memungkinkan mengalami gangguan pendengaran,cardiovaskuler, keseimbangan cairan elektrolit, alkohol dan penggunaan obat.
Usahakan klien untuk banyak istirahat dan duduk
Bantu klien untuk beraktifitas
Usahakan untuk bergerak pelan-pelan ketiak ingin beraktifitas dan bergerak
Berikan alat bantu jalan seperti tongkat, walker, kursi roda.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan sensorik indera adalah perubahan dalam persepsi derajat serta jenis reaksi seseorang yang diakibatkan oleh meningkat menurun atau hilangnya rangsangan indera. Sistem sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan eksternal maupun internal, jalur neural yang yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak dan bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi.
Gejala- gejala umum antara lain; Halusinasi dan atau waham, Menarik diri, Sikap bermusuhan, Perasaan yang tidak adekuat, suka menangis, bingung atau disorientasi waktu, tempt dan perorangan, gangguan indera misalnya: penciuman, perabaan, penglihatan dan pendengaran, ganguan psikomotorik serta timbul kebosananan gelisah.
Hal- hal yang menyebabkan gangguan sensorik: tersekap dalam ruangan yang sempit, tersekap dalam ruangan yang tidak berjendela, rangsangan dari luar secara terus- menerus, misalnya penerangan lampu, suara atau kerumunan orang, Kurangnya rangsangan baru, Penempatan klien lansia dalam ruangan yang terisolasi.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia harus secara holistik dan kompehensif yang memandang klien lanjut usia sebagai manusia yang utuh dan unik sehingga teknik dan pendekatan yang diberikan perawatan berbeda-beda namun tetap berfokus pada kebutuhan dasar manusia itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Syaifuddin, Anatomi fisisologi. 1997. EGC. Jakarta
Petunjuk praktikum fisiologi I. Tim pengajar fisiologi. 2005. Stikes Aisyiyah Yogyakarta,
Panduan dianosa keperawatan NANDA
wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
http://brantas1984.wordpress.com/2009/05/02/makalah-masalah-%E2%80%93-masalah-sensoris-pada-lanjut-usia/ (diakses pada tanggal 23 Mei 2012 pukul 19.05 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar