Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Jumat, 21 Desember 2012

PERDARAHAN KALA IV PRIMER

A.    Defenisi
Yang dimaksud perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah perdarahan yang melebihi 500 cc pada kala III. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menjadi :
1.    Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan ≥ 500 cc pada 24 jam pertama setelah persalinan.
2.    Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan ≥ 500 cc setelah 24 jam persalinan.
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab pentingnya kematian ibu ¼ dari kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan (perdarahan pasca persalinan, placenta pravia, sulusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri).
Bila perdarahan pasca persalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga sangat penting untuk mencegah perdarahan yang banyak.
Faktor predisposisi dan etiologi perdarahan pasca persalinan, yaitu :
1.    Trauma fratetes benitalis à episiotomi yang luas, laserasi jalan lahir, dan ruptur uteri.
2.    Perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
a.    Perdarahan atonis
•    Anestesi umum
•    Overdistensi uterus, seperti kehamilan kembar, hidranilon atau anak besar.
•    Partus lama
•    Partus presipitatus
•    Paritas tinggi
•    Infeksi korion
b.    Retensi plasenta
•    Kotiledon tertinggal
•    Plasenta akreta, inkreta, dan perkerta.
c.    Gangguan koa gulopati

B.    Etiologi
Penyebab utama perdarahan post partum primer :
1.    Atonia Uteri ( 50-60 % )
2.    Sisa Plasenta ( 23-24 % )
3.    Retensio Plasenta ( 16-17 % )
4.    Laserasi Jalan Lahir ( 4-5 % ) ( Ai Yeyeh, 2010 ).
Kadang – kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari hipofibrinogenemia( solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air ketuban). Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta telah lahir, tetapi sebagian lain masih melekat dalam dinding uterus, akan terjadi perdarahan pada masa nifas. ( Sarwono, 2007 ).
C.    Faktor-Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi perdarahan kala IV antara lain :
1.    Anastesi umum
2.    Persalinan Lama
3.    Persalinan cepat
4.    Kelainan uterus –leiomiomata, kelainan kogenital
5.    Uterus yang terlalu teregang karena kehamilan ganda, hidramnion,atau bayi yang sangat besar
6.    Plasenta previa
7.    Solusio plasenta
8.    Multi paritas
9.    Pre-eklampsia atau eklampsia
D.    Gejala-gejala
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
•    Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
•    Perdarahan segera setelah anak lahir Syok
•    Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar
•    Atonia uteri
•    Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
•    Uterus berkontraksi dan keras
•    Plasenta lengkap
•    Pucat
•    Lemah
•    Menggigil
•    Robekan jalan lahir
•    Plasenta belum lahir setelah 30 menit
•    Perdarahan segera
•    Uterus berkontraksi dan keras Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
•    Inversio uteri akibat tarikan
•    Perdarahan lanjutan Retensio plasenta
•    Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
•    Perdarahan segera Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
•    Retensi sisa plasenta
•    Uterus tidak teraba
•    Lumen vagina terisi massa
•    Tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir) Neurogenik syok
•    Pucat dan limbung Inversio uteri
•    Sub-involusi uterus
•    Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus
•    Perdarahan sekunder Anemia
•    Demam Endometritis atau sisa fragmen plasenta (terinfeksi atau tidak)
E.    Pragnosis
Prognosis dari perdarahan kala 4 tergantung dari penyebab dan kesigapan dari tenaga kesehatan dalam menangani kasus perdarahan tersebut. semakin banyak darah yang keluar prognosisnya akan semakin buruk. Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah syok hipovolemik disertai dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Namun apabila tenaga kesehatan cepat, terampil dan cerdas dalam mengambil keputusan esiko yang tidak diharapkan akan terminimalisir.
Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharusnya tidak meninggal akibat perdarahannya, sekalipun untuk mengatasinya perlu dilakukan histerektomi.

F.    Terapy
Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera suntikkan 0,2 mg ergonovin atau metil ergovin intrakuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah dengan suntikan metil ergovin lagi, tetapi sekarang intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit dalam 500 cc glukosa, selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual secara hamilton, yaitu satu tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini dijadikan tinju dengan rotasi merangsang dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dinding perut diatas fundus hingga dapat merangsang dinding belakang rahim.

G.    Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum : segera diberikan cairan intravena ( biasanya 20-40 unit oksitosin dalam 1000ml larutan garam fisiologi atau ringer laktat). Dua unit darah dicocok silang pada kasus dimana transfusi diperlukan . keluaran urine tiap jam membantu pemantauan fungsi ginjal.
Atonia uteri : infuse oksitosin intravena dapat ditambahkan dengan ergonovin maleat atau metilergonovin maleat ( 0.2 mg ) yang diberikan secara intravena atau intramuskuler.fundus uteri di masase melalui dinding abdomen. Eksploraasi uterus secara manual dianjurkan untuk memastikan bahwa uterus utuh dan untuk mengangkat setiap fragmen plasenta.
Bila atonia persisten dianjurkan kompresi uterus secara bimanual. Uterus diangkat ke atas ke luar dari pelvis dan dikompresi diantara satu tangan pada abdomen dan tangan lain mengepal seperti sebuah tinju dalam vagina. Elevasi dan kompresi bimanual dipertahankan selama 2- 5 menit.
Prostaglandin intramuskuler mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak responsive terhadap terapi konvensional. Laparotomi harus dipertimbangkan bila atonia uteri persisten dan pedarahan tak dapat dihentikan. Rupture uteri yang tidak terdiagnosa dapat merupakan suatu kemungkinan, karean dinding lateral segmen uterus bagian bawah mungkin sukar dipalpasi pada pemeriksaan vagina.
Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterine dapat dipilih, tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.
Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi dilakukan. Bila perdarahan berasal dari tempat plasenta di dalam segmen bawah uterus dimana kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin mempunyai nilai khusus. Tampon uterus di tempatkan di dalam segmen bawah uterus, dengan tampon vagina mengkompresi segmen bawah antara uterus dan tampon vagina ( bahan yang disukai untuk tampon adalah kasa polos dengan lebar 4 inci dan tebal 6 lapis ) .
Bila perdarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun, pasien harus diawasi secara hati – hati dan fasilitas untuk laparatomi darurat harus segera tersedia, karena tampon tidak dapat berbuat banyak selain menutupi perdarahan aktif yang terus menerus terkumpul di belakang tampon.( bila tampon berhasil, tampon dibiarkan di tempat selama 12-24 jam )
Laserasi traktus genitalia : laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau 000. Visualisasi yang adekuat penting, dan seorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan kromik 00 atau 000 dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi pada jahitan tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi ke bawah. Pembuluh – pembuluh yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan yang paling penting adalah pada apeks laserasi, dimana diperlukan perhatian yang cermat untuk memastikan bahwa pembuluh- pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus berdarah. Jahitan terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada waktu perdarahan, tempat perdarahan yang terlihat dan keinginan operator.
Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin di tepi laserasi. Apabila robekan meluas kedalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forsep cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan abdomen.
Laserasi vagina jahitan pertama harus ditempatkan diatas apeks laserasi jahitan yang paling hemostatik adalah yang berjalan searah jarum jam.
Varicose vagina atau vulva dapat menyebabkan perdarahan hebat yang sering sukar dikontrol dengan penjahitan. Pada keadaan ini, tampon vagina yang ketat memberikan hemostasis yang penting.
Plasenta atau selaput yang tertahan di dalam uterus : pengangkatan manual yang diikuti dengan oksitosin dan ergonovin intravena biasanya sudah cukup untuk terapi.


REFERENSI

http://www.google.co.id/
http://hakikierawati.blogspot.com/2011/03/perdarahan-kala-iv.html
superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/asuhan-kebidanan-ii-%E2%80%99%E2%80%99-fisiologi-kala-iv-%E2%80%9D/
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar