Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Jumat, 14 Desember 2018

Makalah Imunologi


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

B.     Rumusan Masalah
1.      Sejarah perkembangan imunologi
2.      System Imun non spesifik
3.      System Imun spesifik
4.      Mekanisme kerja dan fungsi system imun
5.      Pengertian imunisasi aktif dan pasif
6.      Gangguan system imun, reaksi hipersensitifitas dan kekurangan sel imun























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Defenisi
Imunologi, terdiri dari dua kata yaitu IMUN yang berarti kekebalan dan LOGI atau LOGOS yang berarti ilmu, jadi bila digabungkan menjadi ilmu tentang kekebalan. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis  yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun  (kekebalan) pada semua organisme . Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis  sistem imum baik dalam keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun , hipersensitivitas , defisiensi imun , penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in vitro , in situ , dan in vivo . Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.

B.     Sejarah Imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan, terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi.




1. Edwar Jenner

Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terpajan sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar walaupun pada waktu itu belum diketahui bagaimana mekanisme yang sebenarnya terjadi. Memang imunologi tidak akan maju bila tidak diiringi dengan kemajuan dalam bidang teknologi, terutama teknologi kedokteran. Dengan ditemukannya mikroskop maka kemajuan dalam bidang mikrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi. Penelitian ilmiah mengenai imunologi baru dimulai setelah Louis Pasteur pada tahun 1880 menemukan penyebab penyakit infeksi dan dapat membiak mikroorganisme serta menetapkan teori kuman (germ theory) penyakit. Penemuan ini kemudian dilanjutkan dengan diperolehnya vaksin rabies pada manusia tahun 1885. Hasil karya Pasteur ini kemudian merupakan dasar perkembangan vaksin selanjutnya yang merupakan pencapaian gemilang di bidang imunologi yang memberi dampak positif pada penurunan morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi pada anak.

2. Robert Koch

Pada tahun 1880, Robert Koch menemukan kuman penyebab penyakit tuberkulosis. Dalam rangka mencari vaksin terhadap tuberkulosis ini, ia mengamati adanya reaksi tuberkulin (1891) yang merupakan reaksi hipersensitivitas lambat pada kulit terhadap kuman tuberkulosis. Reaksi tuberkulin ini kemudian oleh Mantoux (1908) dipakai untuk mendiagnosis penyakit tuberkulosis pada anak. Imunologi mulai dipakai untuk menegakkan diagnosis penyakit pada anak. Vaksin terhadap tuberkulosis ditemukan pada tahun 1921 oleh Calmette dan Guerin yang dikenal dengan vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Kemudian diketahui bahwa tidak hanya mikroorganisme hidup yang dapat menimbulkan kekebalan, bahan yang tidak hidup pun dapat menginduksi kekebalan.

C.    Sistem Imun Non Spesifik
Sistem kekebalan alami yaitu  pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme atau benda asing lain (respon langsung terhadap antigen). Kekebalan tubuh non spesifik merupakan respon alamiah dari tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari antigen baik dari lingkungan ekterna maupun interna. Ada 3 macam yaitu Fisik ( kulit, mukosa, batuk, diare, bersin ); Bahan larut / biokimia {Ph keringat dan vagina, HCL dilambung, lisozim ( keringat,air mata dll ), laktoferin (Asi, serum, spermin)}; Selular fagosit, makrofag, natural killer.
Ketika kuman atau bakteri masuk kedalam tubuh maka terjadi proses rekognisi dimana antigen itu dicoba dikenali ( self or non self ) sebelum bereaksi, biasanya dengan menggunakan limfosit. Setelah itu terjadi proses proliferasi dimana limfosit yang beredar mengirimkan pesan ke nodus limfatik untuk mensensitisasi limfosit tubuh menjadi limfosit T / limfosit B. Kemudian baru terjadi respon baik itu humoral dan selular.

1.      Pertahanan Humoral

a.      Komplemen
Komplemen mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dengan jalan opsonisasi (Gambar 3). Kejadian-kejadian tersebut di atas adalah fungsi sistem imun nonspesifik, tetapi dapat pula terjadi atas pengaruh respons imun spesifik.
b.      Interferon
Interferon adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan berbagai sel manusia yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus. Interferon mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang telah terserang virus tersebut. Di samping itu, interferon dapat pula mengaktifkan natural killer cel-sel NK untuk membunuh virus (Gambar 4) dan sel neoplasma.
c.       C-Reactive'Protein (CRP)
CRP dibentuk tubuh pada keadaan infeksi. Perannya ialah sebagai opsonin dan dapat mengaktifkan komplemen.
d.      Natural Killer Cell (sel NK)
Set NK adalah set limfosit tanpa ciri-ciri" set limfoid sistem imun spesifik yang ditemukan dalam sirkulasi. Oleh karena itu disebut juga set non B non T atau set populasi ketiga atau null cell. Set NK dapat menghancurkan set yang mengandung virus atau set neopiasma. Interferon mempercepat pematangan dan meningkatkan efek sitolitik set NK

2.      Pertahanan Seluler

Fagosit / makrofag dan set NK berperan dalam sistem imun non-spesifik selular.

a.       Fagosit

Meskipun berbagai set dalam tubuh dapat melakukan fagositosis, set utama yang berperan pada pertahanan non-spesifik adalah set mononuklear (monosit dan makrofag) serta set polimorfonuklear seperti neutrofil. Kedua golongan set tersebut berasal dari set hemopoietik yang sama.

Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencegah timbuInya penyakit. Proses fagositosis terjadi dalam beberapa tingkat sebagai berikut: kemotaksis, menangkap, membunuh, dan mencerna.


D.    Sistem Imun Spesifik
Berbeda dengan sistem imun nonspesifik, sistem imun spesifilk mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama timbul dalam badan yang segera dikenal sistem imun spesifik, akan mensensitasi sel-sel imun tersebut. Bila set sistem tersebut terpajan ulang dengan benda asing yang sama, yang akhir akan dikenal lebih cepat dan dihancurkannya. Oleh karena itu sistem tersebut disebut spesifik.
Sistem imun spesifilk dapat bekeria sendifi untuk menghancurkan benda asing yang berbahaya bagi badan, tetapi pada umumnya terjalin kerja sama yang baik antara antibodi, komplemen, fagosit dan antara set T-makrofag. Oleh karena komplemen turut diaktifkan, respons imun yang terjadi sering disertai dengan reaksi inflamasi.
1.      Sistem Imun Spesifilk Humoral
Yang berperan dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau set B. Set B tersebut berasal dari set asal multipoten. Pada unggas set asal tersebut berdiferensiasi menjadi set B di dalam alat yang disebut Bursa Fabricius yang letaknya dekat kloaka. Bila set B dirangsang benda asing, set tersebut akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi set plasma yang dapat membentuk antibodi. Antibodi yang dilepas dapat ditemukan di dalam serum. Fungsi utama antibodi ialah mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri, virus dan netralisasi toksin.
2.      Sistem Imun Spesifilk Selular
Yang berperan dalam sistem imun spesifilk selular adalah limfosit T atau set T. Set tersebut juga berasal daril set asal yang sama seperti set B, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Berbeda dengan set B, set T terdiri atas beberapa subset set yang mempunyai fungsi yang berlainan.
Fungsi sel T umumnya ialah :
a.       Membantu set B dalam memproduksi antibodi
b.      Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi virus
c.       Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis
d.      Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun

E.     Mekanisme Kerja dan Fungsi
Secara umum, mekanisme kerja sistem imun tubuh kita adalah sebagai berikut; saat ada antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Contohnya bila seseorang pernah terkena cacar maka biasanya individu tersebut tidak terkena penyakit yang sama lagi atau seandainya terjangkit tidak akan memberikan komplikasi yang fatal serta cepat pulih. Hal ini juga merupakan mekanisme bagaimana imunisasi mencegah penyakit tertentu. Sebuah imunisasi mengenalkan tubuh terhadap antigen dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit tersebut di masa depan. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
Fungsi Sistem Imun
Suatu sistem dalam tubuh tentu memiliki fungsi masing masing, sama halnya dengan sistem hormon pada manusia. Dan berikut adalah fungsi dari sistem imunitas tersebut:
  • Sistem Pertahanan
Fungsi utama dari sistem ini adalah sebagai sistem pertahanan tubuh, baik itu penyakit yang dapat menular atau yang disebabkan oleh virus dan bakteri. ( baca : Macam Macam Bakteri )
  • Keseimbangan Homeostatis
Homeostatis adalah keseimbangan yang ideal dalam tubuh yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan cara berinteraksi dengan seluruh sistem yang terdapat dalam tubuh. Sehingga imunitas ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan homeostatis agar bekerja dengan baik.
  • Perbaikan Jaringan
Fungsi ketiga adalah untuk memperbaiki jaringan dengan cara mengeliminasi jaringan sel yang sudah mati atau rusak dalam tubuh. Selain itu juga untuk mengeliminasi sel yang tidak normal.

F.     Imunisasi Aktif dan Pasif
1.      Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kondisi tubuh yang dapat membentuk imunitasnya sendiri dengan cara memasukkan vaksin ke tubuhnya, dengan begitu vaksin tersebut akan merangsang produksi antibodi sendiri. contohnya vaksin polio, vaksin polio adalah virus polio yang sudah dilemahkan, ketika masuk ke dalam tubuh, maka akan membuat tubuh memiliki kekebalan yang lebih agar ketika polio menyerang, tubuh sudah dapat melawannya.
2.      Imunisasi Pasif
Imunitas pasif adalah imunisasi yang terjadi saat tubuh memperoleh imunitas dengan cara menyuntikan serum pada tubuh yang didalamnya mengandung antibodi terhadap suatu penyakit. Imunisasi ini biasanya diberikan saat dalam keadaan darurat yang diperkirakan tidak ada waktu pembentukan antibodi yang cukup untuk melawan antigen yang masuk dalam tubuh. Contohnya ketika seseorang digigit ular, maka akan diberikan serum antibisa.
Dari kedua pengertian diatas dapat kita ketahui perbedaan imunisasi aktif dan pasif, terutama jika dilihat dari segi waktu pemberiannya dan vaksin yang diberikan. Jika di imunisasi aktif waktu imunsasi sudah ditentukan seperti imunisasi polio saat bayi berusia  dan pemberian vaksin lainnya sudah ada waktu yang dianjurkan. Biasanya vaksin yang diberikan di imunisasi aktif adalah vaksin yang sudah wajib diberikan saat bayi, bahkan pemerintah sendiri yang menganjurkan pemberian vaksin.
Sedangkan untuk imunisasi pasif, waktu yang diberikan tidak menentu. Vaksin bisa diberikan kepda anak-anak ataupun orang dewasa. Contohnya saat orang digigit ular di situ diberikan serum antibisa, pemberian imunisasi rabies pasif dan imunisasi hepatitis A. Ketika orang hendak pergi umrah, biasanya diberikan vaksin, hal ini berguna untuk mencegah penyakit yang ada di negara yang akan dikunjungi.
Meskipun imunisasi tidak selamanya menyelamatkan, namun setidaknya dapat mencegah atau meringankan. Manfaatnya pun lebih banyak dibandingkan efek sampingnya. Apalagi bagi balita yang dianjurkan untuk melengkapi imunisasi yang sudah dianjurkan. Jikalau terlewatkan, maka sebaiknya secepatnya ke dokter untuk segera diberikan vaksin. Bagi yang akan pergi ke luar negeri yang mana di negara tujuan ada jenis penyakit yang tidak ada di negaranya sendiri pemberian vaksin juga sangat diharuskan.

G.    Gangguan system imun, reaksi hipersensitifitas dan kekurangan sel imun
Gangguan system imun
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan dalam tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Reaksi autoimiunitas adalah reaksi system imun terhadaap antigen sel jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibody yang dibentuk disebut autoantibody.
Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi gejala berfariasi bergantung pada gangguan dari bagian badan yang diserang. Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi jenis tertentu dari jaringan tubuh diseluruh tubuh misalnya pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit.Hasil dari peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan rasa sakit, merusak bentuk sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal, kerusakan pernapasan, penumpukan cairan, bahkan menyebabkan kematian.
Reaksi Hipersensitivitas 
Alergi atau reaksi hipersensitivitas adalah perubahan spesifik, didapat, pada reaktivitas hospes yang diperantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respons fisiologis yang tidak menguntungkan (Behrman, 2000).
Pada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular tergantung pada aktivasi sel B dan sel T. Aktivasi berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang disebut reaksi hipersensitivitas (Indonesia Children, 2009).
Hipersensitivitas adalah keadaan perubahan reaktivitas, tubuh bereaksi dengan respon imun berlebihan atau tidak tepat terhadap suatu benda asing.
Imunodefisiensi/Kekurangan Sel Imun
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi).
Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan , dimana system kekebalan tidak berfungsi secara adekuat , sehingga infeksi lebih sering terjadi , lebih sering berulang , luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Penyakit imunodefisiensi kombinasi parah adalah gangguan imunodefisiensi paling serius. Itu bisa disebabkan oleh beberapa kerusakan genetika berbeda, kebanyakan yang adalah menurun. Salah satu bentuk gangguan tersebut disebabkan oleh enzim adenosine deaminase. Dahulu, anak dengan gangguan ini dijaga di ruang isolasi ketat, kadangkala di dalam tenda plastik, menyebabkan gangguan tersebut disebut ‘sindrom bubble boy
Immunodefisiensi yang didapat biasanya terjadi akibat suatu penyakit. Immunodefisiensi yang didapat lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan immunodefisiensi kongenital.
Beberapa penyakit hanya menyebabkan gangguan sistem kekebalan yang ringan, sedangkan penyakit lainnya menghancurkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.


























BAB II

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Imonologi atau Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Jenis-jenis Sistem Imun
a.  Sel-Sel Imun Non Spesifik
b.  Sistem Imun Spesifik
Cara Kerja Sistem Imun dalam Tubuh
sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh.
manfaat Sistem Imun
  1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme  atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh 
  2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak  untuk perbaikan jaringan.
  3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Sasaran utama: bakteri patogen & virus Leukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)

B.     Saran
Saran Ahli:
1.    Olahraga & istirahat yang cukup
2.    Jalani diet gizi seimban
3.    Bantu dengan suplemen penguat imun, seperti susu berkolostrum, Vit C
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghaffar, Prakash Nagarkatti (2009). “MHC: GENETICS AND ROLE IN TRANSPLANTATION”Microbiology and    
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
http://titishest.blogspot.com/2010/10/reaksi-autoimun-hipersensitifitas-dan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar