Entri yang Diunggulkan

Makalah kebersihan lingkungan

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan makhluk yang serba indah. Dengan rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me...

Minggu, 28 April 2013

GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA IBU HAMIL

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Konsep ini terutama dianut oleh para ahli di Jerman. Pada waktu ini peran dominan strukturalisme di Jerman telah diambil alih oleh aliran Gestalt. Paham Gestalt menganggap struktur pengorganisasian mental manusia adalah inherent. Struktur ini memungkinkan manusia belajar dan mendapatkan isi mental itu sendiri. Dengan demikian, Gestalt berfokus pada konsep mental yang aktif namun tetap empiris.
Psikoanalisa mengikuti keaktifan mental dari Gestalt (Freud dengan psikodinamikanya pada level kesadaran dan non kesadaran) namun tidak empiris. Tidak seperti aliran lainnya, psikoanalisa berkembang bukan dari riset para akademisi, tapi berdasarkan pengalaman dari praktek klinis.
Gejala pertama kehamilan adalah berhentinya siklus haid normal, kebanyakan ibu hamil akan mengalami mual dan muntah, akibat mulai berpengaruhnya aktivitas hormon – hormon yang muncul dalam kehamilan. Seperti Human Chorionic Gonadottropin ( HCG ), gejala lainnya adalah berkurangnya nafsu makan, mengidam, kelelahan, frekuensi buang air kecil yang meningkat, mengalami sembelit dan kemudian akan mengalami perdarahan berbercak dalam kurun waktu sampai 5 minggu usia kehamilan.
Masa paling berat bagi beban psikis ibu hamil terjadi di trimester pertama, yaitu ketika perubahan aktivitas hormonal ibu sedang besar – besarnya. Perubahan inilah yang sering mempengaruhi stabilitas emosi ibu. Beban fisik dan mental yang di alami ibu hamil biasa di sebabkan oleh karena perubahan fisik dan hormonnya, seperti bentuk tubuh yang melebar dan kondisi ibu yang naik turun, beban ini sering diperparah dengan munculnya trauma – trauma kehamilan, sehingga masalah yang di hadapi ibu pun semakin kompleks.


B.    Tujuan
Tujuan pembuatan makalah gangguan psikologi pada masa kehamilan agar kita dapat mempelajari dengan seksama mengenai gangguan – gangguan psikologi pada ibu hamil sehingga kita dapat memahami dan mengenal apa yang di rasakan,dibutuhkan dan di inginkan oleh wanita hamil.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa / mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Masa reproduksi merupakan masa yang terpenting bagi wanita dan berlangsung kira – kira 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali, dan selama ini wanita berdarah selama 1800 hari. Biarpun pada umur 40 tahun keatas perempun masih dapat dihamilkan, fertilitas menurun cepat sesudah umur tersebut ( ilmu kandungan,2008).
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial kultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.


B.    Hamil yang Tidak di Kehendaki / di Harapkan
1.    Kalangan remaja
Remaja bisa bilang kalau seks bebas pranikah itu aman untuk di lakukan. Akan tetapi, bila remaja melihat, memahami ataupun merasakan akibat dari prilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak merugikan. Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas itu adalah kehamilan yang tidak di harapkan ( KTD ). Kehamilan yang tidak di rencanakan sebelumnya bisa merampas “Kenikmatan“ masa remaja yang seharusnya di nikmati oleh remaja laki – laki maupun perempuan. Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan langsung oleh perempuan, tetapi remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung jawab. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan remaja jika mengalami KTD ( kartini, 1992 ) :
a.    Memperahankan Kehamilan
Semua dampak tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun sosial. Bila kehamilan di pertahankan resiko psikis yang timbul yaitu ada kemugkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena sama – sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua. selain itu, pasangan muda terutama pihak perempuan akan sangat di bebani oleh berbagai perasaan yang tidak nyaman, seperti di hantui rasa malu yang terus menerus, rendah diri, bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain – lain.
b.    Mengakhiri Kehamilan ( Aborsi )
Bila kehamilan di akhiri bisa mengakibatkan dampak negatif secara psikis. Oleh karena itu, itu pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan – perasaan  takut, panik, tertekan atau stres, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi.

2.    Wanita Dewasa / Ibu Yang Sudah Menikah
Seorang ibu yang tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan karena mereka merasa akan menganggu karirnya karena akan membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat anak – anak yang lain. Selain itu mereka merasa tidak dapat membagi waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawat anak. Penyebab terjadinya KDT pada wanita / ibu yang telah menikah antara lain karena kegagalan alat kontrasepsi yang di pakai.
C.    Hamil Dengan Janin Mati
Ibu dari janin yang meninggal pada periode perinatal mengalami penderitaan. Selama kehamilan mereka telah mulai untuk mengenali dan merasa dekat dengan janinnya, ibu yang mengalami proses kehilangan / kematian janin dalam kandungan akan merasa kehilangan. Pada proses berduka ibu memperlihatkan prilaku yang khas dan merasa emosional tertentu. Hal ini di kelompokkan kedalam berbagai tahapan meliputi :
•    Syok dan menyangkal, ketika di sampaikan janinnya mati reaksi orang tua / ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan menyangkal.
•    Marah dan bergeming, beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap pencarian karena orang tua mencari alasan tentang kematian. Mereka biasanya mencari hal – hal yang mungkin meraka lakukan dengan berbeda
•    Disorientasi dan depresi, emosi predominan pada fase ini adalah kesedihan berduka dibarengi dengan kehilangan, mereka menolak dan menarik diri, orang tua mungkin mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal sehari – hari.
•    Reorganisasi dan penerimaan, fase akhir berduka meliputi penerimaan rasa kehilangan dan kembali beraktivitas normal sehari – hari. Hal yang sangat individu ini  mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan. Energi emosional ditinggalkan dan di kurangi serta mengalami kembali hubungan baru serta aktivitas baru.
D.    Hamil dengan Keteregantugan Obat
a.    Pengertian
Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau mental ( psikologis ) atau kedua – duanya yang terjadi sebagai akibat pemakaian abat secara terus – menerus atau secara periodik.
b.    Dampak Hamil Dengan Ketergantungan Obat
Pengunaan obat – obatan oleh wanita hamil dapat menyebabkan masalah baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan megalami cacat fisik dan emosional. Setiap orang tentu menginginkan seorang bayi yang sehat dengan semua bagian badan terbentuk pada bagian yang tepat. Wanita hamil dengan ketergantungan obat umumnya takut melahirkan bayi cacat dan mencoba sebisa mungkin untuk menghindari zat – zat berbahaya yang mungkin membahayakan perkembangan bayi mereka. Banyak kebingungan dan kegelisahan tentang apa yang menyebabkan bayi cacat kerena pengaruh obat – obatan. Kalau terjadi keguguran dan ketidaknormalan bayi akan merasakan takut yang berlebihan, panik dan gelisah.
Salah satu tindakan pada ibu hamil dengan ketergantungan obat yaitu  : mengadakan hubungan dengan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan di mana ibu belajar menyesuaikan diri dalam menghadapi kehidupan.
E.    Keguguran
Reaksi wanita terhadap keguguran kandungannya itu sangat bergantung pada kontitusi psikisnya sendiri. Maka tak bisa di pungkiri, bahwa janin atau bayi yang di kandungnya itu di rasakan sebagai bagian dari jasmani dan rohaninya sendiri. Dan berkepentingan terhadap ego wanita yang mengandung embrio tersebut :
1.    Faktor penyebab terletak pada psikis dan jiwa.
2.    Wanita hamil yang bersangkutan, mencari bantuan pada faktor penyebab tersebut, melakukan abortus secara tidak sadar. Semua peristiwa berlangsung di luar keinginan sendiri, di dorong oleh harapan yang tidak di sadari.
Beberapa penyebab keguguran menurut pendapat psikiater :
1)    Adanya penolakan dari ayah bayi
2)    Adanya penolakan dari ibu bayi
3)    Ketakutan untuk menjadi ibu
4)    Kecemasan yang disebabkan dari stres pekerjaan atau perselisihan dengan suami maupun dengan anggota keluarga lain.
F.    Faktor – Faktor yang Menimbulkan Stres pada Wanita Hamil
Berdasarkan SSRS ( Sosial readjusment Rating Scale ) kehamilan menduduki rangking ke 12 dari 43 kejadian dalam kehidupan seorang yang dapat menimbulkan stres, dengan kata lain bahwa kehamilan membawa konsekwensi pada wanita-wanita untuk melakukan penyesuaian atau perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya.
Pada saat seorang wanita hamil, maka sejak saat itu sampai masa nifas berturut – turut akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis, perubahan – perubahan yang tejadi mencakup aspek – aspek sebagai berikut :
1.    Frekuensi nafas meningkat ( lebih sering ) membuat wanita hamil akan menghirup lebih banyak ( oksigen ) udara
2.    Perut semakin membuncit
G.    Gambaran Kondisi Psikologis pada Wanita Hamil
Selama kehamilan banyak wanita yang mengalami perasaan – perasaan :
•    Marah
•    Tertekan
•    Bersalah
•    Bingung
•    Was – was
•    Kesal
•    Pilu
•    Khawatir
Hal ini biasanya di tandai dengan gejala – gejala :
•    Kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak
•    Tidak bisa tidur walaupun mempunyai kesempatan
•    Menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang
•    Menyadari bahwa perasaan amat cepat berubah
•    Sangat judes atau peka terhadap bunyi dan sentuhan
•    Senantiasa berfikiran negative
•    Tanpa berwujud merasa tidak mampu
•    Tiba – tiba takut atau gugup
•    Tidak bisa memusatkan perhatian
•    Lebih sering lupa
•    Rasa bingung dan bersalah
•    Makan amat sedikit atau amat banyak
•    Asik dengan fikiran yang menghantui dan mengerikan
•    Kehilangan kepercayaan dan harga diri
Apabila kondisi – kondisi ini terjadi secara beruntun sedikitnya selama 2 minggu maka akan menimbulkan kondisi psikologis yang bermasalah yang sifatnya memerlukan adanya pengobatan.
H.    Faktor – faktor yang mempengaruhi kondisi psikis pada masa hamil
1.    Sudah punya banyak anak
Banyak anak sebagian orang merasakan sebagai beban finansial yang harus di tanggung, belum lagi di tambah kerepotan – kerepotan lainnya, apalagi jika dalam keluarga sudah ada anak dengan jumlah lebih dari cukup.
2.    Khawatir berubah penampilan
Bagi sebagian perempuan, penampilan merupakan nilai jual, perubahan bentuk wajah dan tubuh akibat kehamilan dan persalinan di anggap akan mengurangi keindahan penampilan.
3.    Kemampuan finansial dirasa tidak memadai
Jika si kecil lahir di saat kondisi keuangan keluarga tengah morat marit memang merepotkan, kondisi ini merupakan hal yang sangat menganggu kondisi psikologis seorang ibu hamil
4.    keluhan sulit tidur
Sulit tidur di malam hari dapat membuat kondisi ibu hamil menurun, konsentrasi berkurang, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak mood bekerja dan cenderung emosional. Keluhan tidur umumnya muncul saat usia kandungan memasuki trimester ketiga dimana janin sudah tumbuh sedemikian besar sehingga terasa menyesakkan.
Ditrimester pertama, kadar hormon dalam tubuh ibu sedang mengalami perubahan drastis yang sering memunculkan keluhan muntah – muntah, sehubungan dengan itu, keluhan sulit tidur biasanya muncul  karena sebab sebagai berikut :
•    Stres
•    Perubahan hormone
•    Dihantui kecemasan
•    Gangguan psikis
I.    Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan
Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang hamil tiba-tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang lazim dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil.
Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung buah hati, harus selalu menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat menjalani masa-masa kehamilannya. Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang mengandung:
1.    Informasi
Carilah informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang terjadi.
2.    Komunikasi dengan suami
Bicarakanlah perubahan yang terjadi pada diri Anda selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi pada diri Anda. Tidak jarang jika Anda mengkomunikasikan hal ini, sang suami akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.
3.    Rajin chek up
Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan yang sekarang Anda jalani. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4.    Makan Sehat
Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan otak janin.
5.    Jaga Penampilan
Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai dengan kondisi badan Anda yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.
6.    Kurangi Kegiatan
Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa persalinan, Anda dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan terjadi setelah kelahiran sang bayi.
7.    Dengarkan Musik
Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi negatif lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian, berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.
8.    Senam Hamil
Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6 bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan, melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi persalinan menjadi semakin mantap.
9.    Latihan Pernafasan
Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih stabil.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Ada berbagai macam depresi/ gangguan psikologi yang bisa terjadi pada masa kehamilan yaitu:
•    Hamil yang tidak diinginkan
•    Hamil Dengan Janin Mati
•    Hamil dengan Keteregantungan Obat
•    Hamil diluar Nikah
•    Pseudosiesis
•    Keguguran
•    Kemandulan
Adapun faktor yang mengakibatkan gangguan psikologi pada masa kehamilan antara lain sebagai berikut:
•    Sudah punya banyak anak
•    Khawatir berubah penampilan
•    Kemampuan finansial dirasa tidak memadai
•    keluhan sulit tidur
Cara mengatasi gangguan psikologis pada kehamilan; mengurangi stress, mengkomunikasikan perasaan terhadap pasangan, memberikan support dari pihak keluarga, periksakan kehamilan secara teratur, Makan Sehat, Jaga Penampilan, Kurangi Kegiatan, Dengarkan Musik, Senam Hamil, Latihan Pernafasan, dll.
B.    Saran
1.    Mencari informasi seputar kehamilan, perubahan yang terjadi dalam diri ibu dan hal – hal yang perlu di hindari agar janin tumbuh sehat.
2.    Bicarakanlah perubahan selama kehamilan dengan suami, sehingga ia juga tahu serta di harapkan bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang di butuhkan
3.    Periksa kehamilan secara teratur
4.    Perhatikan penampilan fisik dengan menjaga kebersihan, melakukan latihan fisik ringan.
5.    Upayakan dengan berbagai cara agar tehindar dari stres.
6.    Lakukan latihan relaksasi dan latihan pernafasan secara teratur.
ibu hamil bisa mencari informasi seputar kehamilannya dari majalah – majalah, buku tentang kehamilan. Tujuannya untuk mengetahui perubahan – perubahan pada ibu hamil, tentang asupan gizi ibu hamil, senam hamil, pemeriksaan kehamilan secara teratur, agar janin tumbuh sehat.



DAFTAR PUSTAKA

http://midwiferygirl.blogspot.com/2010/06/gangguan-psikologi-pada-masa-kehamilan.html
Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta.
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

MAKALAH UROLITHIASIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apa yang dimaksud dengan Urolithiasis?
2.    Apa yang menyebabkan Urolithiasis?
3.    Bagaimana patofisisologi dan pathogenesis Urolithiasis?
4.    Bagaimana tanda dan gejala Urolithiasis?
5.    Bagaimana manifestasi klinik Urolithiasis?
6.    Bagaimana cara penatalaksanaan urolithiasis?
7.    Bagaimana cara pencegahan Urolithiasis?

C.    TUJUAN
1.    Untuk mengetahui pengertian Urolithiasis.
2.    Untuk mengetahui penyebab penyakit Urolithiasis.
3.    Untuk mengetahui pathofisiologi dan pathogenesis penyakit Urolithiasis.
4.    Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Urolithiasis.
5.    Untuk mengetahui manifestasi klinik penyakit Urolithiasis.
6.    Untuk mengetahui cara penatalaksanaan penyakit Urolithiasis.
7.    Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit Urolithiasis.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.

B.    ETIOLOGI
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu:
1.    Idiopatik.
2.    Gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.
3.    Gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria. Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat disebabkan oleh:
    Hiperparatiroidisme
    Asidosis tubular renal
    Malignasi
    Penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.
    Masukan vitamin D yang berlebihan.
    Masukan susu dan alkali.
    Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.
4.    Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis).
5.    Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
6.    Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
7.    Jaringan mati (nekrosis papil).
8.    Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.


C.    PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a.    Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b.    Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c.    Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d.    Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:
1.    Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
2.    Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.
3.    Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.

4.    Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5.    Keturunan
Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai factor resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan tidak mempunyai riwayat tersebut.
6.    Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.
7.    Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan terjadinya batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8.    Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau piala.
9.    Suhu
Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

D.    TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria terbuka atau mikroskopik; nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral; pielonefritis dan atau sistitis; pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing; nyeri tekan kostovertebral; gangguan faal ginjal. Selain itu bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.

E.    MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.
Batu di piala ginjal berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus di area kostovertebral. Hematuria dan piuria dapat dijumpai.
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering merasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu.
Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih, akan terjadi retensi urin. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi ini jauh lebih serius, disertai sepsis yang mengancam kehidupan pasien.

F.    PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran kemih:
•         Obstruksi jalan kemih
•         Infeksi
•         Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
•         Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
•         Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a.    Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b.    Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c.    Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
d.    Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
e.    Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f.    Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).

g.    Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

G.    PENCEGAHAN
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:
•    Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi kalsium).
•    Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca dalam reabsorpsinya diginjal).
•    Daftar makanan berikut harus dihindari :
    Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
    Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.
    Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering, kedelai, seledri.
    Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.
    Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).
    Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari susu atau produk susu.
    Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim, makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue kering, pie).

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu tanda gejalanya adalah pembentukan batu di dalam saluran kemih.
Factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan batu: Idiopatik,gangguan saluran,kemih,gangguan metabolism,Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus mirabilis),dehidrasi,benda asin,multifaktor,jaringan mati (nekrosis papil).
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Manifestasi klinik adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai demam, menggigil dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2, EGC, Jakarta
Doengoes,Merilynn, E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit buku kedokteran. EGC.1999.
Junaidi, Purnawan, dkk kapita selecta kedokteran, edisi kedua, FKUI.1982.
Scholtmeijer.R.J. 1987. Urologi. EGC. Jakarta.
Schrock, Theodore R. Ilmu Bedah, EGC. Jakarta.
Soeparman & Waspadji, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2 Edisi 3, FKUI, Jakarta

MAKALAH ASMA BRONKIAL

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di Indonesia.
Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di Indonesia prevalensi asama di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali disbanding di tahun 1960 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %.
Penyebab pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible  dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
B.    Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.    Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2.    Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.    Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

C.    Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1.    Faktor predisposisi
a.    Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor presipitasi
a.    Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)    Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2)    Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3)    Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b.    Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c.    Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang  timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d.    Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e.    Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D.    Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

E.    Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
F.    Pemeriksaan laboratorium
1.    Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
•    Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.
•    Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
•    Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
•    Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid  dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2.    Pemeriksaan darah
•    Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
•    Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
•    Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana  menandakan terdapatnya suatu infeksi.
•    Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

G.    Pemeriksaan penunjang
1.    Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
•    Bila disertai dengan bronkitis,  maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
•    Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
•    Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
•    Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
•    Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
2.    Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3.    Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3  bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
•    Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
•    Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB ( Right bundle branch block).
•    Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
4.    Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5.    Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

H.    Komplikasi
Berbagai komplikasi  yang mungkin timbul adalah :
1.    Status asmatikus
2.    Atelektasis
3.    Hipoksemia
4.    Pneumothoraks
5.    Emfisema
6.    Deformitas thoraks
7.    Gagal nafas

I.    Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1.    Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2.    Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3.    Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme, hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.

B.    Saran
Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien dapat mengerti dan memahami pengertian perawatan dan pencegahan asma sehingga dapat terhidnar dari serangan asma.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, volume 2. Edisi 2 Jakarta : EGC
Doengoes, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I edisi 3. Jakarta Media
Mangunnegoso, H. dkk , 2004. Asma Pedoman Diagnois dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta. Balai Penerbit FKUI
Dewanti, Santi. 2002. Exercise – Induced Asthma, Jakarta.

Sabtu, 06 April 2013

ASUHAN KEBIDANAN DENGAN ULKUS PORTIO

ASUHAN KEBIDANAN TERHADAP Ny ”S” DENGAN ULCUS PORTIO
DI PUSKESMAS CAMPALAGIAN

I.    PENGKAJIAN
Tanggal : 11 Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
A.    Identitas
Nama Ibu     : Ny. S            Nama Ayah     : Tn. K
Umur         : 39 Tahun         Umur         : 43 Tahun
Agama     : Islam             Agama     : Islam
Suku        : Jawa           Suku        : Jawa
Pendidikan    : SMA             Pendidikan     : SMA
Pekerjaan     : IRT             Pekerjaan     : Wiraswasta
Alamat     : Ugi Baru               Alamat     : Ugi Baru
B.    Anamnesa (Data Subyektif)
Pada tanggal     : 11 Oktober 2012
Pukul         :  09.00 WIB
1.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan terdapat perdarahan saat melakukan hubungan seksual dan keputihan
2.    Riwayat Kesehatan
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seksual atau penyakit kelamin.
3.    Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu dan keluarga suami tidak pernah menderita PMS atau penyakit kelamin lainnya.
4.    Riwayat Fungsi Reproduksi
Haid      : Ibu menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus kurang lebih 28 hari lamanya 7 hari dan 2-3 x ganti pembalut
Kebiasaan seksual     : Coitus dilakukan dalam 4 - 5kali/minggu
Tumor     :     Tidak ada
Infeksi     :     Ada
Gangguan KB     :     Ada    
5.    Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.    Makan
Ibu makan 2 x sehari dengan porsi sedikit dengan nasi, sayur, lauk dan terkadang buah-buahan.
b.    Eliminasi
BAB : 1 x sehari, konsistensi lunak
BAK :  5-6 x sehari dan tidak ada gangguan
c.    Personal hygiene
Ibu mandi 3 x sehari, sikat gigi 2 x sehari, ganti     pakaian luar 2x dan dalam setiap kali mandi, tetapi ibu kurang memperhatikan kebersihan daerah genital, ibu tidak menggangi pakaian dalam yang sudah lembab, ibu tidak mengeringkan genitalnya kali selesai
d.    Istirahat dan tidur
    Tidur malam     :  6 – 7 jam
    Tidur siang         :  kurang lebih  1 jam
6.    Riwayat Persalinan, Kehamilan, Nifas Yang     Lalu
No    Tgl/Tahun persalinan    Tempat Pertolongan    Usia Kehamilan    Jenis Persalinan    Penolong    Penyulit Kehamian    Anak
                            JK    BB    PB    Keadaan
1    12 Januari 1991    BPS    Aterm    Normal    Bidan     -    L    3100 gr    48 cm    Baik
    Maret 1994    BPS    Aterm    Normal    Bidan    -    P    2800 gr    49 cm    Baik
    Desember 1999    BPS    Aterm    Normal    Bidan    -    P    3000 gr    48 cm    Baik
    April 2006    BPS    Atem    Normal    Bidan    -    L    3200 gr    50 cm    Baik

7.    Ketergantungan
Ibu tidak pernah merokok dan minum-minuman beralkohol, ibu juga tidak mempunyai alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

C.    Data Obektif
1.    Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum     : Baik
Kesadaran    : Composmentis 
Tanda-tanda vital
a.    TD     :  120/70 mmHg
b.    RR     :  21 x/menit
c.    Nadi     :  101 x/menit
d.    Temp     :  37,30C
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Rambut             : Bersih, tidak kusam
Kulit kepala            : Tidak ada ketombe
b.    Muka
Kelopak mata             : Tidak ada odema
Konjungtiva             :  Anemis
Sclera             : An ikterik
c.    Mulut dan gigi
Lidah dan geraham     : Bersih, tidak ada caries dan lesi
Gigi             : Tidak ada lubang
d.    Kelenjar thyroid         : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis             : Tidak ada pembesaran
e.    Kelenjar getah bening     : Tidak ada pembesaran
f.    Dada             : Bentuk simetris
Jantung             : Bunyi lup dup teratur
Paru-paru             : Tidak ada wheezing dan ronchi

g.    Payudara             : Simetris kanan-kiri
Putting susu             : Bersih, nyeri tidak ada
h.    Perut             : Simetris, tidak ada massa/benjolan
i.    Genetalia     : Darah (+), Fluor albus (+), terdapat jaringan nekrotik pada portio
j.    Ekstremitas             : Tidak ada oedema pada ekstremitas atas dan bawah
k.    Reflek patella             : Positif (+)

D.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Pap smear        : Lesi (+)
2.    Preparat basah    : Positif (+)

II.    IDENTIFIKASI MASALAH, DIAGNOSA DAN KEBUTUHAN
A.    Diagnosa
Ny. B , usia 39 tahun dengan ulcus portio.
Dasar :
Data subyektif
1.    Ibu mengatakan merasa nyeri dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual
2.    Ibu mengatakan mengeluarkan keputihan yang berlebihan dari kemaluannya
Data obyektif
1.    Keadaan Umum     :  Baik
2.    Kesadaran        :  Composmentis 
3.    Tanda-tanda vital
TD     :  120/70 mmHg
RR     :  21 x/menit
Nadi     : 101 x/menit
Temp     :  37,30C
4.    Speculum servik potio tidak rata, terlihat merah dan sedikit bengkak, terdapat cairan yang keluar
B.    Masalah
Nyeri pada melakukan hubungan seksual
Dasar : ibu mengatakan merasa nyeri saat melakukan hubungan seksual
C.    Kebutuhan
Mengurangi hubungan seksual
Dasar  : Untuk mengurangi sakit yang ibu alami

III.    IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL ATAU DIAGNOSA LAIN
Tanggal : 11  Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
1.    Infeksi lebih lanjut/ meluas
2.    Anemia

IV.    EVALUASI KEBUTUHAN SEGERA
Tanggal : 11 Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
1.    Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
2.    Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk tindakan selanjutnya

V.    RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 11 Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
1.    Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
Rasional : Agar ibu tahu tenang kondisinya saat ini
2.    Jelaskan pada ibu tentang gejala akibat perdarahan dan keputihan
Rasional : Ibu lebih tenang, dan mengerti teentang keadaannya
3.    Anjurkan ibu untuk Pap Smear tiap 6 bulan sekali
Rasional : Mendeteksi apakah ada kelainan
4.    Anjurkan  ibu untuk menjaga kebersihan genetalia dengan mengganti celana dalam sesering mungkin
Rasional : Mencegah perkembangan kuman
5.    Anjurkan ibu makan rnakanan bergizi / TKTP
Rasional : Meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti sel yang rusak.
6.    Anjurkan pada ibu untuk tidak berhubungan seksual sementara waktu sampai sembuh
Rasional : Mencegah penularan penyakit dan memperburuk kondisi ibu
7.    Kolaborasi dengan dokter obgyn tentang terapi penyakit dan pengobatan¬
Rasional : Mendapat penanganan tepat

VI.    IMPLEMENTASI
Tanggal : 11 Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
1.    Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, bahwa kondisi ibu saat ini kurang baik,TD: 120/ 70 mmhg, nadi :101x/menit, RR ; 21x/menit, suhu : 37,30 C dan ibu mengalami infeksi pada portio.
2.    Menjelaskan pada ibu faktor yang berkaitan yaitu penggunaan IUD yang terlalu lama dan tanpa kontrol yang dikarenakan IUD yang berkarat, gesekan benang dan posisi IUD yang tidak tepat, perilaku seksual yang tidak sehat seperti sering berganti pasangan dan juga frekuensi coitus yang terlalu sering, Trauma pada portio bia karena IUD atau trauma saat Coitus.
3.    Menganjurkan ibu untuk melakukan Pap smear setiap 6 bulan sekali untuk deteksi dini dan mencegah komplikasi atau bertambah parahnya ulcus.
4.    Menganjurkan ibu untuk mengganti celana dalam sesering mungin untuk mencegah kelembaban pada daerah genetalia yang dapat menyebabkan bertambah parahnya ulcus portio karena penumpukan bakteri pada daerah genetalia yang akan masuk ke daerah vagina dan portio.
5.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi atau TKTP ( Tinggi Kalsium Tinggi Protein ) , agar kebutuhan ibu terhadap protein dan kalsium benar-benar terpenuhi.
6.    Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu sebelum ulcus benar-benar sembuh untuk mencegah bertambah parahnya peradangan dan lesi pada portio.
7.    Menganjurkan ibu untuk kolaborasi dengan dokter obgyn untuk mendapatkan terapi dan pengobatan yang tepat untuk penyembuhan.
VII.    EVALUASI
Tanggal : 11 Oktober 2012    Pukul : 09.00 WIB
1.    Ibu tahu tentang kondisinya saat ini
2.    Ibu sudah mengetahui faktor penyebab dari sakit yang dideritanya
3.    Ibu bersedia untuk melakukan pap smear setiap 6 bulan
4.    Ibu bersedia untuk mengganti celana dalam sesering mungkin
5.    Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi TKTP
6.    Ibu bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara
7.    Ibu bersedia melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn





















PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
TANGGAL 11 OKTOBER 2012
S O A P

SUBJEKTIF
1.    Identitas Pasien
Nama Ibu     : Ny. S            Nama Ayah     : Tn. K
Umur     : 39 Tahun         Umur         : 43 Tahun
Agama     : Islam             Agama     : Islam
Suku    : Jawa          Suku        : Jawa
Pendidikan    : SMA             Pendidikan     : SMA
Pekerjaan     : IRT             Pekerjaan     : Wiraswasta
Alamat     : Ugi Baru               Alamat     : Ugi Baru

2.    Keluhan Utama
Ibu mengatakan terdapat perdarahan saat melakukan hubungan seksual dan keputihan

3.    Riwayat Haid
Ibu menarche umur 13 tahun, haid teratur, siklus kurang lebih 28 hari lamanya 7 hari dan 2-3 x ganti pembalut

4.    Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.    Makan
Ibu makan 2 x sehari dengan porsi sedikit dengan nasi, sayur, lauk dan terkadang buah-buahan.
b.    Eliminasi
BAB : 1 x sehari, konsistensi lunak
BAK :  5-6 x sehari dan tidak ada gangguan


c.    Personal hygiene
Ibu mandi 3 x sehari, sikat gigi 2 x sehari, ganti     pakaian luar 2x dan dalam setiap kali mandi, tetapi ibu kurang memperhatikan kebersihan daerah genital, ibu tidak menggangi pakaian dalam yang sudah lembab, ibu tidak mengeringkan genitalnya kali selesai
d.    Istirahat dan tidur
Tidur malam     :  6 – 7 jam
Tidur siang     :  kurang lebih  1 jam

OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum     : Baik
Kesadaran            : Composmentis 
Tanda-tanda vital
TD     :  120/70 mmHg
RR     :  21 x/menit
Nadi     :  101 x/menit
Temp     :  37,30C

Pemeriksaan Fisik
a.    Rambut         : Bersih, tidak kusam
Kulit kepala        : Tidak ada ketombe
b.    Muka
Kelopak mata         : Tidak ada odema
Konjungtiva         :  Anemis
Sclera         : An ikterik
c.    Mulut dan gigi
Lidah dan geraham         : Bersih, tidak ada caries dan lesi
Gigi         : Tidak ada lubang
d.    Kelenjar thyroid         : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis         : Tidak ada pembesaran
e.    Kelenjar getah bening     : Tidak ada pembesaran
f.    Dada     : Bentuk simetris
Jantung     : Bunyi lup dup teratur
Paru-paru    : Tidak ada wheezing dan ronchi
g.    Payudara     : Simetris kanan-kiri
Putting susu     : Bersih, nyeri tidak ada
h.    Perut     : Simetris, tidak ada massa/benjolan
i.    Genetalia     : Darah (+), Fluor albus (+), terdapat jaringan nekrotik pada portio
j.    Ekstremitas     : Tidak ada oedema pada ekstremitas atas dan bawah
k.    Reflek patella    : Positif (+)

ASSESMENT
Diagnosa     : wanita 32 tahun dengan perdarahan di luar haid (ulkus portio)
Masalah             : Cemas, keputihan, bercak-bercak darah yang belum diketahui sebabnya, nyeri abdomen, dan perih pada vagina.
Kebutuhan      : Istirahat, personal hygiene, nutrisi, dukungan psikologis, informasi tentang penyakit yang diderita.
Potensial terjadi Ca cerviks.

PLANNING
1.    Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
E/ Ibu tahu tentang kondisinya saat ini
2.    Jelaskan pada ibu tentang gejala akibat perdarahan dan keputihan
E/ Ibu sudah mengetahui faktor penyebab dari sakit yang dideritanya
3.    Anjurkan ibu untuk Pap Smear tiap 6 bulan sekali
E/ Ibu bersedia untuk melakukan pap smear setiap 6 bulan
4.    Anjurkan  ibu untuk menjaga kebersihan genetalia dengan mengganti celana dalam sesering mungkin
E/ Ibu bersedia untuk mengganti celana dalam sesering mungkin
5.    Anjurkan ibu makan rnakanan bergizi / TKTP
E/ Ibu bersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi TKTP
6.    Anjurkan pada ibu untuk tidak berhubungan seksual sementara waktu sampai sembuh
E/ Ibu bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara
7.    Kolaborasi dengan dokter obgyn tentang terapi penyakit dan pengobatan¬
E/ Ibu bersedia melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn

ASUHAN KEBIDANAN NY “D” DENGAN PELVIKSITIS

ASUHAN KEBIDANAN NY “D” DENGAN PELVIKSITIS
DI RSUD POLEWALI MANDAR
TANGGAL 18 JANUARI 2011

No. Register     : 077424
Tgl. Masuk RS       : 18 Januari  2011, jam 07.45 wita
Tgl. Pengkajian    : 18 Januari 2011, jam 08.00 wita
I.    PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1)     Biodata
1.    Nama     : Ny “A” / Tn “J”
2.    Umur     : 25 thn / 28 thn
3.    Suku     : Bugis / Mandar
4.    Agama     : Islam / Islam
5.    Pendidikan     : SMA / SMK
6.    Pekerjaan     : IRT / Wiraswasta
7.    Status Perkawinan     : Menikah 1 kali
8.    Lama Menikah     : 3 tahun
9.    Alamat     : Jl. Jend. Sudirman
2)    Keluhan Utama,
ibu mengatakan badan panas, nyeri di bagian bawah perut, tampak sakit, disertai gejala gastrointestinal (obstipasi atau diare, mual atau muntah), gangguan sistem urogenital (polakisuria/ disuria, dipareunia, pengeluaran leukorea, berbau/ kotor bahkan bercampur darah)
3)    Riwayat Kesehatan Sekarang
Terjadi pada wanita yang menderita IMS, atau wanita setelah melahirkan (nifas), atau wanita yang mengalami ISK, ataupun wanita yang mengalami infeksi limfogen/hematogen
4)    Riwayat Kesehatan Dahulu
Wanita yang pernah mengalami KET, Abortus Septikus, Endometriosis, IMS, ISK, ataupun infeksi limfogen/hematogen
5)    Riwayat Kesehatan Keluarga
a.    Tidak ada riwayat menderita penyakit serius seperti DM, Tumor, Hipertensi, PMS dan TBC.
b.    Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat-obatan.
c.    Tidak pernah merokok, minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-obatan berbahaya.
6)    Riwayat Menstruasi
Wanita yang mengalami gangguan menstruasi seperti metroragia, menoragia. Wanita yang sering mengeluarkan sekret yang purulen dari vagina
7)    Riwayat Perkawinan
Istri/Suami menikah pertama kali.
8)    Riwayat Obstetri
Wanita yang pernah mengalami komplikasi kehamilan (Abortus, KET) komplikasi persalinan (SC dengan infeksi, partus dengan infeksi) komplikasi nifas (infeksi nifas)
9)    Riwayat KB
Wanita tidak menggunakan KB AKDR seperti IUD
10) Riwayat PsikososialSpiritual
Wanita yang sosialnya rentan terhadap penularan penyakit seksual. Psikologi dan spiritual wanita kurang kuat, sehingga mudah terpengaruh dengan keadaan/ orang disekitarnya.
11) Pola kegiatan Sehari-hari
    Nutrisi        : nafsu makan berkurang akibat rasa sakit di daerah abdomen
    Eliminasi    : bisa disertai rasa sakit ketika berkemih
    Personal Hygiene    : wanita yang personal hygiene ↓ terutama daerah genetalia memudahkan bakteri masuk ke dalam organ reproduksi internal
    Wanita yang terlalu sering menggunakan pembersih kewanitaan dapat melemahkan floura normal pada geneatalia sehingga kuman mudah masuk ke bagian yang lebih dalam
    Seksual    : wanita yang mengkomersialkan kewanitaannya ke beberapa pria, rentan terjadi infeksi genetalia interna sampai ke panggul bila tidak terdeteksi dan diobati sejak dini. Ada rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual.

B. Data Objektif
1)    Pemeriksaan Umum
    TTV:
TD    :   130/80 mmHg
DN    :   72 x / menit
SB    :   36,5 °C
RR    :   22 x / menit
2)    Pemeriksaan Fisik
    Leher    : terdapat pembesaran kelenjar limfe yang menandakan adanya infeksi
    Abdomen : Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.
    Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “reburn tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
    Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik
    Genetalia: terlihat sekret yang purulen
3)    Pemeriksaan Penunjang
    Periksa darah lengkap : Hb turun akibat nutrisi ↓, leukosit meningkat akibat adanya infeksi, LED meningkat.
    Urinalisis        : kemungkinan ada bakteri dalam urine
    Tes kehamilan    : mendeteksi adanya janin atau tidak sehingga dapat melakukan tindakan yang sesuai
    Pemeriksaan cairan dari serviks    : adanya bakteri pada lendir serviks
    Kuldosintesis    : adakah massa/drah pada cavumdoglas
    Laparoskopi    :adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan
    USG panggul    : adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan

II.    INTERPRETASI DATA DASAR
Dx    : Ny ”A” dengan Pelviksitis
Ds    : ibu mengatakan badan panas, nyeri di bagian bawah perut, tampak sakit, disertai gejala gastrointestinal (obstipasi atau diare, mual atau muntah), gangguan sistem urogenital (polakisuria/ disuria, dipareunia, pengeluaran leukorea, berbau/ kotor bahkan bercampur darah)
Do    : Pemeriksaan Umum
TTV:
TD    :   130/80 mmHg
DN    :   72 x / menit
SB    :   36,5 °C
RR    :   22 x / menit
Pemeriksaan Fisik
•    Leher    : terdapat pembesaran kelenjar limfe yang menandakan adanya infeksi
•    Abdomen    : Nyeri suprasimfasis terasa lebih menonjol daripada nyeri di kuadran atas abdomen. Rasa nyeri biasanya bilateral. Bila terasa nyeri hanya uniteral, diagnosis radang panggul akan sulit dirtegakkan.
•    Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi “reburn tenderness”, nyeri tekan dan kekakuan otot sebelah bawah.
•    Tergantung dari berat dan lamanya peradangan, radang panggul dapat pula disertai gejala ileus paralitik
•    Genetalia: terlihat sekret yang purulen
Pemeriksaan Penunjang
•    Periksa darah lengkap : Hb turun akibat nutrisi ↓, leukosit meningkat akibat adanya infeksi, LED meningkat.
•    Urinalisis        : kemungkinan ada bakteri dalam urine
•    Tes kehamilan    : mendeteksi adanya janin atau tidak sehingga dapat melakukan tindakan yang sesuai
•    Pemeriksaan cairan dari serviks    : adanya bakteri pada lendir serviks
•    Kuldosintesis    : adakah massa/drah pada cavumdoglas
•    Laparoskopi    :adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan
•    USG panggul    : adakah kelainan pada organ genetalia interna misalnya perlekatan
Masalah:
•    Hipertermi
•    Rasa nyeri di bagian Abdomen
•    Gangguan gastrointestinal (obstipasi atau diare, mual atau muntah)
•    Gangguan sistem urogenital (polakisuria/ disuria, dipareunia, pengeluaran leukorea, berbau/ kotor bahkan bercampur darah)

III.    IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Syok Septik Ireversible

IV.    IDENTFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Pemberian Antibiotik secara Radikal


V.    INTERVENSI
Intervensi disesuaikan dengan masalah pada ibu.
Bila ada kasus di BPS, maka:
1.    Beritahu pasien tentang keadaan dirinya
R/ pasien memahami keadaan dirinya sehingga lebih kooperatif dalam pemberian tidakan
2.    Perbaiki keadaan umum ibu sesuai kewenangan
R/ keadaan umum yang biasa timbul adalah badan panas dan nyeri bagian abdomen. Bidan bisa memberikan antipiretik dan analgesik, namun tetap harus dirujuk ke dokter spesialis/puskesmas/ rumah sakit sehingga dapat memperbaiki keadaan umum
3.    Rujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang komprehensif
R/  tindakan yang tepat dan diperiksa secara dini di pelayanan yang memadai bisa memperingan gejala yang dialami.
Bila sudah di pelayanan kesehatan yang memadai maka dilakukan,
4.      Pemeriksaan laboratorium kultur
R/ dengan mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi maka dapat ditentukan pengobatan antibiotik sesuai dengan mikroorganisme tersebut.
5.    Tes Antibiotik
R/ uji sensitivitas antibiotik pada pasien agar mengetahui pasien alergen atau tidak terhadap antibiotik yang diberikan
6.    Pegobatan Antibiotik Radikal ( pengobatan Triple Drug )
R/ pengobatan Triple Drug menjadi kesembuhan radikal dapat dicapai untuk menghindari penyakit radang panggul dan perlekatan dengan menekan dan menghentikan mikroorganisme penyebab infeksi.
7.    Pengobatan dengan operasi (Laparotomi)
R/ bila terjadi perlekatan maka tindakan pengangkatan sumber infeksi dan rekontruksi harus dilakukan.

VI.    IMPLEMENTASI
1. Memberitahu pasien tentang keadaan dirinya
R/ pasien memahami keadaan dirinya.
2.    Memperbaiki keadaan umum ibu sesuai kewenangan
R/ Ibu melakukan anjuran yang telah diberikan
3.    Merujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang komprehensif
R/  Ibu dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
4.      Memeriksaan laboratorium kultur
R/ dengan mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi maka dapat ditentukan pengobatan antibiotik sesuai dengan mikroorganisme tersebut.
5.    Melakukan Tes Antibiotik
R/ uji sensitivitas antibiotik pada pasien agar mengetahui pasien alergen atau tidak terhadap antibiotik yang diberikan
6.    Melakukan Pengobatan Antibiotik Radikal ( pengobatan Triple Drug )
R/ pengobatan Triple Drug menjadi kesembuhan radikal dapat dicapai untuk menghindari penyakit radang panggul dan perlekatan dengan menekan dan menghentikan mikroorganisme penyebab infeksi.
7.    Melakukan Pengobatan dengan operasi (Laparotomi)
R/ bila terjadi perlekatan maka tindakan pengangkatan sumber infeksi dan rekontruksi harus dilakukan.
VII.    EVALUASI
TTV dalam batas normal
TD : 110/70 mmhg
N : 80x/mnt
S : 36,5
P : 24x/mnt
Ibu merasa tenang dan mengerti keadaannya .


PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN Ny “A” DENGAN
PELVIKSITIS DI RSUD POLEWALI MANDAR
TANGGAL 18 JANUARI 2011

No. Register     : 077424
Tgl. Masuk RS       : 18 Januari  2011, jam 07.45 wita
Tgl. Pengkajian    : 18 Januari 2011, jam 08.00 wita

Identitas Istri/Suami
1.    Nama     : Ny “A” / Tn “J”
2.    Umur     : 25 thn / 28 thn
3.    Suku     : Bugis / Mandar
4.    Agama     : Islam / Islam
5.    Pendidikan     : SMA / SMK
6.    Pekerjaan     : IRT / Wiraswasta
7.    Status Perkawinan     : Menikah 1 kali
8.    Lama Menikah     : 3 tahun
9.    Alamat     : Jl. Jend. Sudirman

Subjektif ( S )
ibu mengatakan badan panas, nyeri di bagian bawah perut, tampak sakit, disertai gejala gastrointestinal (obstipasi atau diare, mual atau muntah), gangguan sistem urogenital (polakisuria/ disuria, dipareunia, pengeluaran leukorea, berbau/ kotor bahkan bercampur darah)

Objektif ( O )
TTV:
TD    :   130/80 mmHg
DN    :   72 x / menit
SB    :   36,5 °C
RR    :   22 x / menit
Assesment ( A )
Diagnosa ditegakan berdasarkan gejala dan hasil dari pemeriksaan fisik yang dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.

Planning (P)
1. Memberitahu pasien tentang keadaan dirinya
R/ pasien memahami keadaan dirinya.
2.    Memperbaiki keadaan umum ibu sesuai kewenangan
R/ Ibu melakukan anjuran yang telah diberikan
3.    Merujuk ibu ke pelayanan kesehatan yang lebih memadai untuk diadakan uji laboratorium dan pengobatan yang komprehensif
R/  Ibu dan keluarga setuju dengan tindakan yang akan dilakukan
4.      Memeriksaan laboratorium kultur
R/ dengan mengetahui mikroorganisme penyebab infeksi maka dapat ditentukan pengobatan antibiotik sesuai dengan mikroorganisme tersebut.
5.    Melakukan Tes Antibiotik
R/ uji sensitivitas antibiotik pada pasien agar mengetahui pasien alergen atau tidak terhadap antibiotik yang diberikan
6.    Melakukan Pengobatan Antibiotik Radikal ( pengobatan Triple Drug )
R/ pengobatan Triple Drug menjadi kesembuhan radikal dapat dicapai untuk menghindari penyakit radang panggul dan perlekatan dengan menekan dan menghentikan mikroorganisme penyebab infeksi.
7.    Melakukan Pengobatan dengan operasi (Laparotomi)
R/ bila terjadi perlekatan maka tindakan pengangkatan sumber infeksi dan rekontruksi harus dilakukan.

ASUHAN KEBIDANAN Nn “M” DENGAN MIOMA UTERI

ASUHAN KEBIDANAN Nn “M” DENGAN MIOMA UTERI
DI RSUD MAJENE KABUPATEN MAJENE
TANGGAL 2 s/d 4 MEI 2011

No. Register        :   08 43 83
Tgl MRS        :   02 Mei 2011 pukul  12.10 Wita
Tgl pengkajian    :   02 Mei 2011 pukul  15.00 Wita

Langkah  I. Identifikasi Data Dasar
A.    Identitas Klien
Nama            :   Nn. “M”
Umur            :   27 Thn
Suku            :   Mandar
Agama            :   Islam
Pendidikan        :   SMA
Pekerjaan        :   URT
Alamat                    :   Desa Galung

B.    Data Biologis / Fisiologis
a.    Keluhan Utama : Haid selama + 4  tahun yang lalu, nyeri dan terdapat benjolan pada perut bagian bawah.
b.    Riwayat Keluhan Utama :
1.    Keluhan dirasakan sejak 4 tahun lalu
2.    Darah haid tidak seperti biasanya
3.    Timbul benjolan sejak sebulan yang lalu
4.    Adanya benjolan pada perut bagian bawah
5.    Nyeri pada saat BAK
6.    Mengeluh  pusing dan merasa lemah
c.    Sifat Keluhan : Menetap
d.    Lokasi keluhan : Perut bagian bawah
e.    Usaha klien untuk mengatasinya
Setelah klien merasakan kelainan klien berobat ke dukun + 4 tahun. Sehari sebelum masuk RS klien ke PKM Malunda dan langsung dirujuk ke RS Majene.

C.    Riwayat Reproduksi
Riwayat menstruasi
-    Sebelum sakit
a.    Menarche        :    13 tahun
b.    Siklus haid        :     28 hari
c.    Lamanya haid        :     4 – 6 hari
d.    Dismenorhoe         :     Tidak ada    
-    Sejak Sakit
a.    Lama haid        : + 4  tahun
b.    Nyeri haid         : Ada 

D.    Riwayat Kesehatan
a.    Tidak ada riwayat menderita penyakit serius seperti DM, Tumor, Hipertensi, PMS dan TBC.
b.    Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat-obatan.
c.    Tidak pernah merokok, minum minuman beralkohol dan mengkonsumsi obat-obatan berbahaya.

E.    Data Psikologi, Sosial, Spiritual dan Ekonomi
1.    Ekspresi wajah nampak cemas dan gelisah
2.    Selalu menanyakan keadaannya
3.    Hubungan pasien dengan keluarga baik
4.    Pasien dan keluarga senantiasa berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT agar penyakitnya lekas sembuh
5.    Pencari nafkah adalah orang tua




F.    Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1.    Kebutuhan Nutrisi
-    Sebelum sakit
a.    Pola Makan        : Pagi, siang dan malam
b.    Jenis Makanan         : Nasi, lauk-pauk  dan sayur
c.    Frekuensi Makan    : 3x sehari
d.    Nafsu Makan        : Baik
e.    Kebutuhan Minum    : + 7-8 gelas sehari
f.    Jenis Minuman        : Air putih, kopi, teh
-    Sekarang
a.    Pola Makan        : Pagi, siang dan malam
b.    Jenis Makanan         : Nasi, lauk-pauk  dan sayur
c.    Frekuensi Makan    : 3x sehari
d.    Nafsu Makan        : Kurang
e.    Kebutuhan Minum    : + 4 gelas sehari
f.    Jenis Minuman        : Air putih
2.    Kebutuhan Eliminasi
-    Sebelum sakit
BAK
a.    Frekuensi    : 3-4 x sehari
b.    Warna        : Jernih kekuningan
c.    Bau        : Pesing
BAB
a.    Frekuensi    : 1 x sehari
b.    Warna     : Kuning
c.    Konsistansi    : Setengah padat
-    Sekarang
BAK
a.    Frekuensi    : 1 x sehari
b.    Warna        : Jernih kekuningan

c.    Bau        : Pesing
BAB
Tidak ada perubahan
3.    Kebutuhan Istirahat
-    Sebelum sakit
a.    Tidur Siang    : 13.00 - 14.00 Wita
b.    Tidur Malam    : 21.00 - 05.00 Wita
-    Sekarang
Istirahat pada saat tidak merasa nyeri
4.    Personal Hygiene
-    Sebelum sakit
a.    Kebersihan Rambut        : Keramas 2-3 x seminggu
b.    Kebersihan Badan        : Mandi 2 x sehari
c.    Kebersihan gigi mulut        : Sikat gigi 2-3 x sehari
d.    Kebersihan Genetalia        : Dicuci setiap setelah BAK dan 
 BAB
e.    Kebersihan Pakaian Dalam    : Diganti setiap hari setelah mandi
f.    Kebersihan Kuku         : Dipotong setiap kali panjang
-    Sekarang
a.    Kebersihan Rambut        : Keramas 1 x seminggu
b.    Kebersihan Badan        : Mandi 1 x sehari
c.    Kebersihan gigi mulut        : Sikat gigi 1 x sehari
d.    Kebersihan Genetalia        : Dicuci setiap setelah BAK dan 
 BAB
e.    Kebersihan Pakaian Dalam    : Diganti setiap hari setelah mandi
f.    Kebersihan Kuku         : Dipotong setiap kali panjang

G.    Pemeriksaan Fisik :
a.    Pemeriksaan Fisik Umum
1.    Keadaan umum pasien lemah
2.    Kesadaran compos mentis
3.    Tanda - Tanda Vital :
a.    TD    :   100/60 mmHg
b.    N    :   90 x/menit
c.    S    :   37,5 °C
d.    P    :   28 x/menit
b.    Pemeriksaan Head To Too
1.    Kepala
-    Rambut tampak lepek dan tidak rontok serta tidak ada nyeri tekan pada kepala.
-    Wajah tampak pucat, tidak ada oedema dan nyeri tekan
-    Konjungtiva nampak pucat dan Sclera tidak ikterus
-    Tidak ada polip dan secret pada hidung
-    Mulut nampak bersih, bibir agak pucat dan kering
2.    Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan vena jogularis pada leher.
3.    Payudara
Simetris kiri dan kanan,puting susu terbentuk, tidak ada bekas operasi, tidak ada benjolan dan nyeri tekan
4.    Abdomen
-    Tidak ada bekas operasi
-    Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah
5.    Ekstremitas
-    Atas : Tampak terpasang infuse RL 500 ml pada tangan kiri dengan jumlah tetesan 28 tetes/menit
-    Bawah : simetris kiri dan kanan, tidak ada oedema dan varises.
6    Pemeriksaan penunjang
-    HB    : 3,6 gr %
-    Golongan darah : O
-    Hasil USG pada tanggal 2 mei 2011 tampak massa tumor pada daerah uterus dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm dengan konsistensi padat. Kenyal dan permukaan rata.

Langkah II. Identifikasi Diagnosa / Masalah Aktual
Mioma Uteri, Anemia dengan masalah kecemasan
1.    Mioma Uteri
DS    : Adanya benjolan pada perut bagian bawah
DO    : - Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah.
-    Hasil USG pada tanggal 2 mei 2011 tampak massa tumor dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm pada daerah miometrium.
Analisa dan interpretasi data
Adanya massa pada perut bagian bawah dapat dilakukan palpasi pada abdomen yaitu teraba massa pada perut bagian bawah dan didukung dengan adanya hasil pemeriksaan ultrasonografi atau foto polos pada abdomen mengungkapkan pengapuran yang khas atau yang mendukung adanya suatu leimioma dan juga akan melukiskan lesi ini dan membedakan ovarium yang normal dengan leimioma (Moore/Hacker, 2001).
2.    Anemia
DS    :  - Darah haid tidak seperti biasanya
-     Mengeluh pusing dan merasa lemah
DO    :  - Konjungtiva Nampak pucat
-    Hb 3,6 gr%
-    TD : 100/60 mmHg
Analisa dan interpretasi data    :
-      Adanya gangguan perdarahan yang terjadi seperti Hypermenorhoe dan metroragia yang disebabkan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik sehingga anemia terjadi. (Winkjosastro H. YBP, 2007)
-     Adanya pemeriksaan fisik pada konjungtiva nampak pucat didukung dengan adanya keluhan ibu yang sering pusing dan lemah merupakan tanda dan gejala anemia. (Joyce Le Vefer Kee,)
-    Terjadinya anemia dapat mempengaruhi tanda-tanda vital pada tekanan darah berada dibawah normal yaitu 120/80 mmHg. ( Hanifa,)
3.    Kecemasan
DS    : Selalu menanyakan keadaannya
DO      : Ekspresi wajah Nampak cemas dan gelisah
Analisa dan interpretasi data    :
Timbul kesenjangan antara suatu yang diharapkan dengan kenyataan yang ada yaitu klien mengalami gangguan system reproduksi yang memeberikan dampak psikologis yang tinggi berupa kecemasan.
(Potter and Perry, 2006,)

Langkah III. Identifikasi Diagnosa / Masalah potensial
Potensial Terjadinya Torsi

1.    Potensial Terjadi Torsi
DS    : Timbul benjolan sejak sebulan yang lalu
DO    :   - Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah
-     Hasil USG pada tanggal 2 mei 2011 tampak massa tumor dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm pada miometrium
Analisa dan interpretasi data    :
Adanya sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi  (putaran tangkai) yang dapat menimbulkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut jika torsi terjadi pada perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi.
(Winkjosastro H. YBP, SP 2007,)


Langkah IV. Tindakan Emergency Dan Kolaborasi
1.    Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan transfuse darah
Rasional     :
        Transfuse darah merupakan langkah tepat yang dilakukan pada klien dengan perdarahan agar tidak terjadi dehidrasi dan syok akibat perdarahan.
        Transfuse darah bag I dilakukan pada tanggal 2 mei 2011 jam 18.12 Wita
2.    Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan pemberian obat.
obat antibiotik yaitu cefotaxime/12 jam
Rasional     :
Cefotaxime merupakan obat dalam golongan antibiotic yang mencegah terjadinya infeksi.
Skin tes pada tanggal 3 mei 2011  Jam 11.04 Wita
Injeksi tanggal 3 mei 2011  Jam 11.10 dan 23.10 Witaa

Langkah V. Rencana Tindakan / Intervensi
Mioma Uteri, Anemia dengan masalah Kecemasan dan Antisipasi terjadinya torsi
Tujuan        :
1.    Mioma Uteri teratasi
2.    Anemia teratasi
3.    Kecemasan teratasi
4.    Tidak terjadi torsi
Kriteria        :
1.    Mioma uteri tidak teraba lagi
2.    Tidak terjadi perdarahan abnormal
3.    Tidak terjadi nyeri
4.    Hb dalam batas normal
-     Perempuan 12-14 gr%
-     Laki-laki 14-16 gr%
5.    TTV dalam batas normal
a.    Tekanan darah
-    Sistole    : 100 – 120 mmHg ( kenaikan tidak > 30 mmHg )
-    Diastole    : 70 – 90 mmHg ( kenaikan tidak > 15 mmHg )
b.    Nadi        : 60 – 80 x / menit
c.    Suhu        : 36.5 – 37.5 °C
d.    Pernafasan     : 16 – 24 x / menit
6.    Tidak khawatir akan keadannya
Intervensi Tanggal 2 Mei 2011, Jam 15.30 Wita
1.    Beri penjelasan pada ibu tentang keadaannya
Rasional :
Dengan mengetahui keadaannya, ibu lebih dapat tenang menerima keadaannya dan dapat menjalaninya dengan sabar
2.    Observasi tanda – tanda vital
Rasional     :
tanda – tanda vital merupakan salah satu indikasi untuk melakukan tindakan selanjutnya
(Saleha,S. 2009)
3.    Observasi cairan infuse RL : DS 5% = 2 :1
Rasional :
Tubuh membutuhkan cairan dengan jumlah yang cukup, kekurangan cairan dapat meyebabkan dehidrasi
4.    Observasi jumlah perdarahan
Rasional :
Dengan mengobservasi perdarahan, petugas dapat mengetahui banyaknya kehilangan darah sehingga petugas kesehatan dapat menentukan tindakan segera yang harus dilakukan
5.    Anjurkan pasien untuk istirahat
Rasional :
Istirahat yang cukup dapat memperlancar peredaran darah dan mengurangi kerja jantung
6.    Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Rasional :
Makanan yang tinggi akan karbohidrat dan protein sangat bermanfaat untuk dapat memperoleh energy akibat perdarahan pervaginam yang dialaminya sehingga dapat memperbaiki keadaan umum klien.

Langkah VI. Pelaksanaan  Rencana Tindakan / Implementasi
Tanggal 2 Mei 2011   Jam 16.00 Wita
1.    Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya bahwa dirinya telah menderita mioma Uteri
2.    Mengobservasi Tanda-tanda Vital Tanda - Tanda Vital :
TD    :   100/60 mmHg
N    :   90 x/menit
S    :   37,5 °C
P    :   28 x/menit
3.    Mengobservasi cairan infuse  RL : DS 5% = 2:1
Terpasang cairan RL (btl I) 28 tts
4.    Mengobservasi jumlah perdarahan
Jumlah darah ± 10 cc
5.    Menganjurkan pasien untuk istirahat
Ibu mengerti dan mau melaksanakannya
6.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Ibu mengerti dan mau melaksanakannya

Langkah VII. Evaluasi Hasil Asuhan
Tanggal 2 Mei 2011 Jam 19.00 Wita
1.    Mioma Uteri belum teratasi
2.    Anemia belum teratasi
3.    Kecemasan teratasi
4.    Tidak terjadi torsi

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
 (SOAP I)


Tanggal            : 2 Mei 2011
No. register         : 08 43 83
Tanggal/Jam pengkajian    : 2 Mei 2011        Jam 15.00 Wita

IDENTITAS KLIEN
Nama            :   Nn. “M”
Umur            :   27 Thn
Suku        :   Mandar
Agama            :   Islam
Pendidikan            :   SMA
Pekerjaan            :   URT
Alamat          :   Desa Galung

SUBJEKTIF (S)
1.    Darah haid tidak seperti biasanya
2.    Keluhan dirasakan sejak 4 tahun lalu
3.    Timbul benjolan sejak sebulan yang lalu
4.    Adanya benjolan pada perut bagian bawah
5.    Nyeri pada saat BAK
6.    Mengeluh  pusing dan merasa lemah
7.    Ekspresi wajah nampak cemas dan gelisah
8.    Selalu menanyakan keadaannya

OBJEKTIF (O)
1.    Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah.
2.    Hasil USG pada tanggal 2 Mei 2011,tampak massa tumor pada daerah uterus dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm dengan konsistensi padat. Kenyal dan permukaan rata.
3.    Tanda - Tanda Vital :
TD    :   100/60 mmHg
N    :   90 x/menit
S    :   37,5 °C
P    :   28 x/menit
4.    Hb : 3,6 gr%
5.    Wajah tampak pucat
6.    Konjungtiva Nampak pucat

ASSESSMENT (A)
Mioma Uteri, Anemia dengan masalah Kecemasan dan Antisipasi terjadinya torsi

PLANNING (P)
Tanggal 2 Mei 2011   Jam 16.00 Wita
1.    Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan transfuse darah
        Transfuse darah bag I dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 Jam 18.12 Wita
2.    Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya bahwa dirinya telah menderita mioma Uteri
3.    Mengobservasi Tanda-tanda Vital Tanda - Tanda Vital :
TD    :   100/60 mmHg
N    :   90 x/menit
S    :   37,5 °C
P    :   28 x/menit
4.    Mengobservasi cairan infuse  RL : DS 5% = 2:1
Terpasang cairan RL (btl I) 28 tts
5.    Mengobservasi jumlah perdarahan
Jumlah darah ± 10 cc
6.    Menganjurkan pasien untuk istirahat
      Ibu mengerti dan mau melaksanakannya
7.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
      Ibu mengerti dan mau melaksanakannya
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
 (SOAP II)

Tanggal            : 3 Mei 2011
No, register         : 08 43 83
Tanggal/Jam pengkajian    : 3 mei 2011        Jam 10.00 Wita


SUBJEKTIF (S)
1.    Darah haid tidak seperti biasanya
2.    Keluhan dirasakan sejak 4 tahun lalu
3.    Timbul benjolan sejak sebulan yang lalu
4.    Adanya benjolan pada perut bagian bawah
5.    Nyeri pada saat BAK
6.    Mengeluh  pusing dan merasa lemah

OBJEKTIF (O)
1.    Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah.
2.    Hasil USG pada tanggal 2 Mei 2011,tampak massa tumor pada daerah uterus dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm dengan konsistensi padat. Kenyal dan permukaan rata.
3.    Tanda - Tanda Vital :
TD    :   100/60 mmHg
N    :   80 x/menit
S    :   37 °C
P    :   28 x/menit
4.    Wajah tampak pucat
5.    Konjungtiva Nampak pucat

ASSESSMENT (A)
Mioma Uteri, Anemia, dan Antisipasi terjadinya torsi
PLANNING (P)
Tanggal 3 Mei 2011 Jam 10.40 Wita
1.    Kolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan pemberian obat.
obat antibiotik yaitu cefotaxime/12 Jam
Skin tes pada tanggal 3 Mei 2011  Jam 11.04 Wita
Injeksi tanggal 3 Mei 2011  Jam 11.10 Wita dan 23.10 Wita
2.    Mengobservasi Tanda-tanda Vital:
TD    :   100/60 mmHg
N    :   80 x/menit
S    :   37 °C
P    :   28 x/menit
3.    Mengobservasi cairan infuse RL : DS 5% = 2:1
Terpasang cairan RL (btl IV) 28 tts
4.    Mengobservasi jumlah perdarahan
Jumlah darahS + 20 cc
5.    Menganjurkan pasien untuk istirahat
Ibu mengerti dan mau melaksanakannya
6.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Ibu mengerti dan mau melaksanakannya




PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
 (SOAP III)

Tanggal            : 4 Mei 2011
No, register         : 08 43 83
Tanggal/Jam pengkajian    : 4 mei 2011        Jam 11.30 Wita

SUBJEKTIF (S)
1.    Darah haid tidak seperti biasanya
2.    Keluhan dirasakan sejak 4 tahun lalu
3.    Timbul benjolan sejak sebulan yang lalu
4.    Adanya benjolan pada perut bagian bawah
5.    Mengeluh  pusing dan merasa lemah

OBJEKTIF (O)
1.    Teraba adanya benjolan pada perut bagian bawah.
2.    Hasil USG pada tanggal 2 Mei 2011,tampak massa tumor pada daerah uterus dengan ukuran 11,9 x 8,7 x 7,2 cm dengan konsistensi padat. Kenyal dan permukaan rata.
3.    Tanda - Tanda Vital :
TD    :   100/60 mmHg
N    :   80 x/menit
S    :   37,5 °C
P    :   24 x/menit
4.    Wajah tampak pucat
5.    Konjungtiva Nampak pucat
6.    Tampak terpasang kateter dengan jumlah urine 100 cc
7.    Pemeriksaan penunjang tanggal  3 Mei 2011  Jam 21.30 Wita
-    Hb : 7,2 gr%


ASSESSMENT (A)
Mioma Uteri, Anemia dan Antisipasi terjadinya torsi

PLANNING (P)
Tanggal 4 Mei 2011 Jam 12.00 Wita
1.    Mengobservasi Tanda-tanda Vital:
TD    :   100/60 mmHg
N    :   80 x/menit
S    :   37 °C
P    :   28 x/menit
2.    Mengoservasi jumlah perdarahan
Jumlah darah +  10 cc
3.    Memasang transfuse darah
Terpasang Bag darah V Jam 12.15 Wita
4.    Menganjurkan pasien untuk istirahat
Ibu mengerti dan mau melaksanakannya
5.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Ibu mengerti dan mau melakukannya.